SuaraSurakarta.id - Kabupaten Wonogori kembali masuk kateori zona merat atau resiko tinggi persebaran Covid-19. Pahadal Wonogiri sempat menjadi daerah yang pertama di solo raya yang keluar dari zona merah.
Kembalinya Wonogiri ke zona merah itu diduga karena angka kematian pasien positif corona cukup tinggi.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan peta risiko penularan Covid-19sangat fluktuatif. Saat terjadi penurunan kasus Covid-19 dan Wonogiri masuk zona oranye, beberapa waktu lalu, ia menilai tidak perlu ada rasa jemawa.
Sebab, kata Jekek, sapaan akrabnya, sulit diketahui sebaran Covid-19 itu sudah sampai mana saja. Menurutnya, faktor yang menyebabkan Wonogiri masuk zona merah karena angka kematian pasien Covid-19 cukup tinggi.
Baca Juga:Wako Edi Kamtono Ungkap Kunci Pontianak Keluar dari Zona Merah
Beberapa waktu lalu ada 25 warga Wonogiri yang meninggal dunia karena positif Covid-19 dalam sehari. Hal ini diduga mempengaruhi peta risko Covid-19 Wonogiri.
“Berdasarkan penelusuran yang kami lakukan bersama Satgas, pasien yang meninggal dunia banyak yang berasal dari luar daerah. Namun KTP-nya Wonogiri,” katanya Jekek dilansir dari Solopos.com di Sekretariat Daerah Wonogiri, Senin (19/7/2021).
Jekek mengatakan penambahan kasus Covid-19 Wonogiri saat ini sedikit. Angka penularan bisa ditekan. Namun karena ada sejumlah indikator untuk menentukan zonasi termasuk angka kematian, Wonogiri masuk zona merah lagi.
Warga Meninggal Saat Isoman
Ia tak menampik jika ada beberapa warga yang menjalani isolasi mandiri atau isoman di rumah meninggal dunia. Secara pasti, ia tengah menghitung jumlah warga yang meninggal dunia saat isoman.
Baca Juga:Pangkalpinang Zona Merah COVID 19, Kafe-Kafe Dirazia
“Sebenarnya sudah ada kriteria khusus pasien Covid-19 yang bisa menjalani isoman. Maka pasien harus bisa terbuka mengungkapkan apa yang dirasakan dan riwayat penyakit yang dialami,” ungkapnya.
Selain itu, agar Wonogiri segera keluar dari risiko tinggi atau zona merah Covid-19, Jekek meminta kepala desa dan jajarannya aktif memantau kondisi warga yang menjalani isoman. Sehingga tidak ada manipulasi kondisi kesehatan warga yang terpapar Covid-19. Dengan begitu, angka kematian bisa ditekan.
Jekek menyatakan tempat tidur atau bed untuk isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 masih cukup. Namun, stok oksigen cukup memprihatinkan. Misalnya di RSUD Wonogiri, berdasarkan laporan yang ia terima stok oksigen dalam waktu setengah hari sudah darurat.
Kelangkaan Oksigen
RSUD melakukan pengadaan kendaraan untuk mengangkut tabung oksigen dari distributor supaya stok oksigen di sana tetap terjaga. Ia juga meyakini kondisi ketersediaan oksigen rumah sakit swasta rujukan Covid-19 Wonogiri tidak jauh berbeda. Sebab, oksigen diambil dari agen atau distributor yang sama.
“Ketersediaan obat-obatan tidak terlalu mengkhawatirkan seperti oksigen. Masih bisa, ada beberapa pilihan. Kami telah mengundang lima distributor, sudah ada komitmen untuk menyediakan obat-obatan,” kata Jekek.
Sebagai informasi, kasus Covid-19 Wonogiri hingga awal pekan ketiga Juli ini mencapai 7.524 orang dengan jumlah kasus aktif 489 orang. Pasien yang telah sembuh ada 6.417 orang. Sedangkan pasien yang meninggal sebanyak 618 orang.