Kisah Perjalanan Bang Jack: Teroris Bom Bali, Soto, dan Jalan Dakwah

Meski memiliki masa lalu yang kelam sebagai peracik Bom Bali 1 2002 silam di bawah asuhan Dr. azhari tidak membuat Joko Trihermanto atau Bang Jack patah semangat.

Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 19 Maret 2021 | 14:14 WIB
Kisah Perjalanan Bang Jack: Teroris Bom Bali, Soto, dan Jalan Dakwah
Joko Trihermanto atau Bang Jack eks teroris bom Bali I kini membuka usaha kuliner Soto di Gang Kurma 6, Tangkil Baru, Desa Manang, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Meski memiliki masa lalu yang kelam sebagai peracik Bom Bali 1 2002 silam di bawah asuhan Dr. azhari tidak membuat Joko Trihermanto atau Bang Jack patah semangat.

Sekarang dunia hitam tersebut sudah ditinggalkan meski sempat ada ajakan untuk diminta balik dan aktif lagi ke organisasi dulu, tapi ditolak. Karena setelah keluar dari tahanan pada 2008 lalu, ia mulai membuka lembaran baru di tengah-tengah masyarakat. 

Saat ini, ia membuka bisnis kuliner warung soto dengan nama Soto Bang Jack, Manteeep rasane! di Gang Kurma 6, Tangkil Baru, Desa Manang, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Namun, sebelum membuka warung soto hasil racikan sendiri yang kini sukses selama lima tahun ini, Bang Jack sudah beberapa kali bekerja.

Usai keluar penjara, ia bekerja di salah satu restoran di Kota Solo, tapi hanya hanya bertahan sekitar satu tahun. Setelah keluar dari situ, ia pernah membuka toko komputer selama dua tahun. 

Baca Juga:36 Korban Peristiwa Bom Bali I dan II Dapat Kompensasi

Karena kurang nyaman dan kurang banyak temannya akhirnya menutup toko komputer dan membuka wedangan (angkringan) di dekat Korem. Ia membuka wedangan bertahan sembilan bulan, karena waktu itu musim hujan dan harus mendorong gerobak serta menata. 

"Saya memang suka kuliner, jadi setelah keluar penjara itu saat ikut di salah satu resto di Solo miliknya teman. Di sana tidak lama, tidak sampai tahun," ujar Bang Jack saat ditemui warung Soto miliknya, Kamis (18/3/2021). 

Setelah berhenti membuka wedangan, ia sempat berpikir akan membuka usaha apa dan tidak dilakukan malam hari. Akhirnya punya ide membuka soto, karena soto semua di Solo laku. 

"Pertimbangan saya mengapa buka soto, karena soto merupakan makanan rakyat. Hampir semua warga Solo suka dengan soto dan itu tidak akan pernah punah,"  ujar warga Penumping Solo ini. 

Setelah berdiskusi dengan istri, akhirnya buka warung soto. Ia pun bertanya-tanya terlebih dahulu ke teman-teman dan tetangga siapa yang bisa bikin soto. 

Baca Juga:3 Tersangka Bom Bali di Penjara Guantanamo Akan Diadili di Amerika Serikat

Untuk bisa memiliki rasa yang pas dan disukai masyarakat butuh waktu hampir dua tahunan. Karena awal-awal buka banyak konsumen yang komplain dengan rasanya yang masih stabil dan belum bisa diterima. 

Namun, itu tidak membuatnya surut atau patah semangat. Karena dari masukan itu, ia banyak belajar agar bisa lebih baik lagi. 

"Konsumen yang datang selalu saya tanya kurang apa, oh kurang ini mas dan memberikan masukan lalu saya coba. Kalau masukan itu saya rasa baik tidak masalah dicoba 

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat rasanya kurang pas. Contohnya jahe, beli jahe hari ini dengan kemarin itu beda, kemudian masalah serai juga berbeda, serai yang umurnya tua dan muda itu sudah berbeda. 

"Kalau yang khas di sini adalah soto bening dan seger. Kita kuatkan di rempah-rempahnya, maka waktu awal-awal corona itu sempat kita branding soto menambah imun. Karena ada jahe, kunyit, atau rempah-rempah lainnya," sambung pria kelahiran Kulonprogo, 1 Desember 1976 ini. 

Sempat Membuat Khawatir Warga 

Awal-awal membuka warung soto sempat ada gejolak-gejolak di masyarakat dengan latar belakangnya sebagai mantan napi teroris. Masyarakat diminta hati-hari dan disuruh membatasi untuk datang. 

Sebenarnya, lanjut dia, pas awal buka itu tidak ada masalah dan masyarakat tidak tahu. Justru ada yang memberitahu ke pihak RT suruh hati-hati dengan yang namanya Bang Jack yang tinggal di Gang Kurma 6 dan itu mulai ada gejolak di masyarakat. 

"Saya merasa enjoy dan tidak berbuat macam-macam, tapi kok ini ada masalah seperti ini. Saya sempat mendatangi ke RT dan menjelaskan sudah tidak bergabung lagi. Tapi sekarang alhamdulillah, sudah tidak masalah. 

Awalnya ia membuka soto bersama istrinya, namun sekarang ada lima pegawai yang membantunya. Bahkan salah satu pegawainya beragama non Islam dan itu tidak mempermasalahkannya. 

Sempat Diminta Gabung Lagi

Meski saat ini sudah nyaman dengan bisnis kulinernya dan sudah tidak lagi berhubungan dengan dunianya dulu, tapi sempat ada tawaran untuk gabung lagi. Namun, itu tidak membuat goyah dan tetap dengan kondisinya saat ini. 

"Tawaran masing ada, baik itu dari guyonan atau sosial media, atau mas ikut gabung di satu grup ini. Beberapa kali gabung grup tapi keluar karena isinya yang tidak sesuai, sempat kontak langsung dengan beberapa teman lama di Suriah," tutur dia.
 
Ia berharap kepada generasi muda untuk banyak-banyak belajar, mencari guru yang tepat bisa membawa diri sendiri, keluarga, bangsa yang lebih baik dan maju.

"Dengan buka soto, ini adalah jihad dan dakwah saya. Saya menjamin makanan ini halal dan bersih, bersopan santun dan menyapa, kemudian bertetangga  juga baik," pungkasnya.

Kontributor: Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak