SuaraSurakarta.id - Konflik Keraton Solo atau Keraton Kasunanan Surakarta memanas, pasca geger 'kisah putri terkurung', mulai Kamis lalu (11/2/2021).
Kubu GKR Timoer Rumbai dan GKR Wandasari Koes Murtiyah atau Gusti Moeng menuding Raja Keraton Kasunanan Surakarta Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubowono (PB) XIII tak mampu mengurus keraton.
Bahkan, Gusti Moeng mengklaim kondisi Keraton Solo, khususnya di Keputren tempat mereka terkunci, tak terawat. Ia menggambarkan kondisi keraton tak ubahnya pemakaman.
“Sangat trenyuh melihat keputren tempat tinggal kita, dari lahir hingga umur 34 tahun saya menikah. Luar biasa, seperti njaratan (pemakaman). Rosone miris lihat itu,” kata Gusti Moeng, Sabtu (13/2/2021).
Baca Juga:Konflik Keraton Solo, Gusti Moeng: Kami Ingin Menyelamatkan Sinuhun
“Bangunan-bangunan sungguh memprihatinkan, apalagi ini musim hujan, dan saya lihat banyak sekali ruangan-ruangan tempat tinggal kita hancur,” imbuhnya.
Dia menambahkan, bersama Timoer, penari, dan sentono, selama tiga hari dua malam terkurung, bisa menjadi saksi ketidakmampuan Raja Keraton Kasunanan Surakarta Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubowono (PB) XIII dalam mengurus keraton.
"Selama (terkunci) di dalam saya prihatin dengan kondisi keputren yang memprihatinkan," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, suasana Keraton Kasunan Surakarta memanas setelah Gusti Moeng, Gusti Timoer, para penari dan sentono 'terkurung' dari luar kompleks keraton, sejak Kamis (11/2/2021).
"Tidak mungkin kalau kami mengurung diri," sambung Gusti Moeng.
Baca Juga:Putri Raja Solo PB XIII Akhirnya Bisa Keluar dari Keraton
Sementara pihak PB XIII melalui Kanjeng Pangeran (KP) Dhani Nuradiningrat selaku Wakil Pengageng Sanono Wilopo, membantah tudingan bahwa pihaknya yang mengunci dari luar, pada konferensi persnya, Jumat malam (12/2/2021). Ia menegaskan bahwa pintu selalu terbuka untuk kedua gusti dan sentono jika ingin keluar.
Kontributor: Budi Kusumo