SuaraSurakarta.id - Virus Corona menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh penduduk dunia. Pandemi Covid-19 pun belum juga berakhir dan mengakibatkan dampak lumpuhnya ekonomi dunia.
Jutaan orang di dunia tewas akibat virus yang dikabarkan datang dari Wuhan China tersebut. Update terbaru, 1,99 juta penduduk dunia meninggal karena covid-19. Kemudian jumlah kasus yang ditemukan mencapai 93,1 juta, dan yang berhasil sembuh 51,3 juta jiwa.
Hal ini membuat peran tenaga kesehatan sangat penting. Namun, pada kenyataannya para nakes juga banyak yang gugur karena viru corona.
Hingga 13 Januari 2021, di Indonesia ada 594 tenaga kesehatan atau nakes yang meninggal dunia karena terinfeksi virus corona jenis baru tersebut. Lalu bagaimana mereka bisa terinfeksi?
Baca Juga:Viral Video Tenaga Medis Pijat Pasien Covid-19, Aksinya Bikin Terharu
Awalnya, ruang ganti, kualitas dan ketersediaan stok alat pelindung diri atau APD dianggap sebagai penyebab banyaknya nakes yang terinfeksi dan gugur akibat Covid-19.
Namun menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Prof. Zubairi Djoerban, saat ini alasan tersebut sudah tak lagi berdasar.
"Tapi hal ini sudah ditanggulangi dan dokter jadi jauh lebih hati-hati. Termasuk soal APD. Sekarang, hampir semua APD untuk dokter punya standar yang bagus," ujar Prof. Zubairi melalui cuitannya di Twitter, dikutip Suara.com, Kamis (15/1/2021).
Dibanding awal pandemi, menurut Prof. Zubairi para nakes termasuk dokter sudah lebih sadar dan disiplin saat proses pemakaian dan pelepasan APD.
Ia menduga ada beberapa faktor yang membuat nakes termasuk dokter tertular Covid-19, salah satunya dari sopir pengantar dokter.
Baca Juga:Jangan Salah! Ini Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19 di Pedulilindungi.id
"Misalnya tertular dari driver. Ada sejawat saya yang tertular dari mereka. Terlihat sepele memang. Tapi ada baiknya driver ini memakai face shield dan masker. Meskipun driver itu sudah lama bekerja dengan kita dan bisa dipercaya, tetap saja harus prokes ketat," jelas Prof. Zubairi.
Profesor Zubairi juga berasumsi kebiasaan menggunakan kendaraan umum juga berpengaruh.
"Bagi dokter dan nakes yang memakai kendaraan umum, juga harus pakai proteksi dobel: masker dan face shield. Karena pada jam sibuk, seperti KRL, ya penuh. Susah untuk berjarak. Ini riskan juga untuk mereka dan masyarakat yang didekatnya," terang Profesor Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Profesor yang berpraktik di RS Kramat 128 itu sangat berharap Indonesia tidak lagi kehilangan para nakes, yang sangat dibutuhkan dalam penanganan pandemi Covid-19.
"Syukurnya ada rencana 4 ribu dokter yang sudah lulus akan diberi izin khusus untuk bantu tangani Covid-19. Tapi masih rencana," ungkapnya.
"Bismillah tambahan tenaga itu terealisasi. Sehingga, sembari melakukan vaksinasi, ada tenaga baru yang membantu, dan ancaman burnout syndrome tidak sampai terjadi," pungkasnya.
Perlu diketahui di Indonesia, upadate Jumat (15/1/2021) pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sudah mencapai 858 ribu, pasien sembuh 703 ribu dan meninggal dunia mencapai 24.951.
Kemudian di Jawa Tengah total kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 97.059, pasien sembuh 66.078, dan pasien meninggal dunia 4.343.