- Namun rencana tersebut mendapatkan kritikan dari Wakil Komisi 1 DPRD Kota Solo, Suharsono.
- Politisi PDIP tersebut menyebut daripada melakukan WFH atau WFA, Pemkot harusnya melakukan efisiensi belanja dan menaikan target pendapatan.
- Suharsono mengatakan kebijakan WFH atau WFA yang direncanakan oleh wali kota itu belum ada korelasi dengan efisiensi anggaran.
SuaraSurakarta.id - Wali Kota Solo Respati Ardi akan menerapkan work from home (WFH) atau work from anywhre (WFA) ke aparatur sipil negara (ASN).
Langkah tersebut untuk menghemat anggaran Transfer ke Daerah (TKD) yang dipangkas Rp 218 miliar oleh pemerintah pusat.
Namun rencana tersebut mendapatkan kritikan dari Wakil Komisi 1 DPRD Kota Solo, Suharsono.
Politisi PDIP tersebut menyebut daripada melakukan WFH atau WFA, Pemkot harusnya melakukan efisiensi belanja dan menaikan target pendapatan.
"Untuk menutup defisit Rp 161 Miliar ini, ada dua langkah strategis yang harus dilakukan bersama antara DPRD dan Pemkot melakukan TAPD dan Banggar yaitu efisiensi belanja dan menaikan target pendapatan," terangnya, Senin (20/10/2025).
Suharsono mengatakan kebijakan WFH atau WFA yang direncanakan oleh wali kota itu belum ada korelasi dengan efisiensi anggaran.
Harusnya wali kota itu fokus pada efisien belanja tapi pelayanan tidak terganggu.
"Saya belum melihat apakah ada korelasi antara Work from Anywhere dan efisiensi anggaran, kalau ada mungkin nanti bisa dijelaskan di Badan Anggaran. Mas Wali harus fokus pada efisiensi belanja tapi pelayanan ke masyarakat tidak terganggu, dan genjot PAD, naikan target disektor pendapatan yang memang potensi untuk dinaikan seperti saya sebutkan diatas, dibanding rencana WFH," papar dia.
Suharsono menjelaskan pemangkasan anggaran TKD ke Solo oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp 218 miliar.
Baca Juga: Mantan Pejabat Pemkot Terseret Kasus Korupsi, Wali Kota Solo Wanti-wanti ASN
Dari pemangkasan tersebut, Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) 2026 menjadi defisit Rp 161 miliar.
"Pertama yang saya dapat informasi berkurangnya Rp 218 M ini mengakibatkan RAPBD kita yang kesepakatan KUA-PPAS APBD 2026 menjadi defisit sekitar Rp 161 Miliar," ungkapnya.
Menurutnya jenis belanja yang bisa dilakukan efisiensi itu rapat-rapat di hotel, belanja makan minum hingga BBM.
"Jenis Belanja yang bisa di efisiensi itu bisa biaya rapat-rapat kegiatan dan rapat di hotel harus ditiadakan, diganti digedung milik pemerintah, belanja makan minum, pemeliharaan, BBM, dan belanja lainnya yang tidak berorientasi kepentingan rakyat, semua harus di efisiensi," tandas dia.
"Sedangkan PAD targetnya harus dinaikan, itu bisa dari Pajak PJU, Pajak Resto, dan juga di retribusi, seperti retribusi parkir," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- 25 Kode Redeem FC Mobile 18 Oktober 2025: Klaim Pemain OVR 113, Gems, dan Koin Gratis!
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Nekat Pesta Miras di Siang Bolong, Tiga Pria Ini Dikukut Polisi di Kawasan Manahan
-
Rencana WFH Dikritik Legislatif, Wali Kota Solo Beri Respon Menohok
-
DPRD Solo Kritik Rencana Wali Kota Terapkan WFH usai Dana ke Daerah Dipangkas
-
Hanya Hitungan Menit, Tim Sparta 'Jemput Paksa' Terduga Maling HP dari Kepungan Massa
-
Dua Pemuda Bawa Sajam Diamankan Polisi di Jalan Kapten Piere Tendean, Ini Kronologinya