Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 14 Januari 2025 | 13:29 WIB
Tokoh Tionghoa Kota Solo, Sumartono Hadinoto. [Timlo.net/Achmad Khalik]

Go Tik Swan adalah seorang maestro batik Indonesia yang lahir di Solo dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia dikenal sebagai pelopor batik modern dengan sentuhan tradisional. Kecintaannya pada batik bermula ketika Presiden Soekarno memintanya menciptakan motif batik yang dapat menjadi identitas Indonesia.

Go Tik Swan menggali inspirasi dari kebudayaan Jawa, termasuk mendalami filsafat di keraton Surakarta dan belajar sejarah batik hingga ke makam Sunan Kalijaga. Hasil karyanya dikenal sebagai Batik Indonesia yang menggabungkan motif klasik dengan inovasi modern. Go Tik Swan juga diberi gelar kehormatan K.R.T. Hardjonagoro oleh Keraton Surakarta atas jasanya melestarikan seni batik sebagai warisan budaya bangsa.

3. Be Kwat Koen (1883–1941)

Be Kwat Koen adalah seorang tokoh masyarakat dan mayor Tionghoa di Surakarta yang menjabat pada awal abad ke-20. Sebagai mayor, Be Kwat Koen memiliki hubungan yang erat dengan Keraton Surakarta, sehingga sering menjadi perantara dalam interaksi budaya antara etnis Tionghoa dan masyarakat Jawa.

Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Mulai Berlangsung di Solo, Ini Kata Teguh Prakosa

Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, adil, dan berwawasan luas. Perannya dalam mempererat hubungan komunitas Tionghoa dan keraton menjadikannya tokoh yang dihormati di Surakarta. Jejak sejarah Be Kwat Koen masih bisa dirasakan melalui cerita-cerita lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

4. Oei Bengki

Oei Bengki adalah tokoh penting di Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo. Ia dikenal sebagai perintis tradisi Grebeg Sudiro, sebuah acara yang menggabungkan unsur budaya Tionghoa dan Jawa. Acara ini dimulai pada tahun 2007 sebagai bentuk perayaan Imlek yang mengadopsi konsep grebeg tradisional Jawa.

Grebeg Sudiro menampilkan prosesi kirab, pertunjukan seni, dan pembagian kue keranjang, yang menjadi simbol harmoni budaya di Solo. Oei Bengki bekerja keras untuk memastikan bahwa tradisi ini terus dilestarikan sebagai bentuk akulturasi budaya. Grebeg Sudiro kini menjadi salah satu acara budaya utama di Solo, menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

5. Sumartono Hadinoto

Baca Juga: Simpang Joglo Solo Resmi Dibuka: 5 Fakta Menarik yang Wajib Ketahui

Sumartono Hadinoto adalah seorang filantropis dan aktivis budaya yang lahir dan besar di Solo. Sebagai keturunan Tionghoa, ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial, termasuk mengembangkan seni dan budaya lokal. Salah satu kontribusi utamanya adalah mendukung pelestarian wayang orang, sebuah seni pertunjukan tradisional Jawa yang mulai kehilangan pamor.

Load More