Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 28 Maret 2024 | 19:46 WIB
Suasana Pasar Gede Solo di sore hari. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

SuaraSurakarta.id - Modernisasi di bidang teknologi digital terutama pembayaran non tunai mulai dimaksimalkan pelaku usaha termasuk pedagang.

Transaksi non tunai itu terlihat dalam aktivitas jual beli di Pasar Gede Solo, Kamis (28/3/2024).

Aktivitas transaksi nontunai termasuk menggunakan QRIS sudah menjadi hal biasa di Pasar Gede beberapa tahun belakangan.

Hal ini berkat dorongan Pemkot Solo dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai perbankan yang konsen di bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menangah (UMKM).

Baca Juga: Dari Bantuan Modal Rp 96 Juta BRI, Petani Melon Hidroponik Kaliwedi Sragen Panen Berlimpah

Salah satu pedagang sembako, Uchi mengaku sudah beberapa waktu memaksimalkan QRIS untuk transaksi jual belu,

Menurutnya, transaksi nontunai dibebankan kepada pembeli dengan memindai kode QRIS melalui telepon genggamnya.

"Caranya juga mudah ya. Pedagang tinggal menunjukkan kode QRIS, pembeli tinggal memindai dan membayar lewat mobile banking sesuai biaya belanja," ungkap Uchi.

Dia memaparpan, penggunaan QRIS BRI tidak hanya mudah, namun juga tak membebankan biaya tambahan kepada pedagang dengan transaksi di bawah Rp100 ribu.

"Yang paling penting lagi adalah saya sudah jarang bawa uang banyak, paling bawa sedikit untuk jaga-jaga uang kembalian kalau ada pembeli bayar tunai," tuturnya.

Baca Juga: KUR BRI Dimanfaatkan Purwadi untuk Tambah Gerobak Jualan Cireng di Solo

Sementara salah satu penjual buah, Nizam menilai QRIS secara tidak langsung sebagai tabungan hasil dari penjualan buah.

Dia mengungkapkan, dengan adanya QRIS dirinya bisa membagi dua pemasukan antara tunai dan nontunai untuk dimanfaatkan kembali.

"Kalau uang cash biasanya digunakan untuk berbelanja kebutuhan. Sedangkan dari QRIS selain sebagai tabungan, kadang untuk kebutuhan mendesak," ujar dia.

Sementara itu, Pimpinan Cabang (Pinca) BRI Slamet Riyadi Solo Agung Ari Wibowo menjelaskan pihaknya harus menjaga alat aksepsi seperti QRIS dan electronic data capture (EDC) di Solo. Apalagi di kota ini muncul banyak merchant baru yang didominasi usaha kuliner.

"Ini segmentasi kami ke depan, untuk menciptakan pertumbuhan baru sisi reliabilitas kami. Kalau warung kecil atau pedagang keliling lebih tepatnya QRIS. QRIS ini adalah tools memudahkan pembayaran ke rekening secara realtime, meski Sabtu atau Minggu," jelas dia.

Agung membeberkan Bank BRI sebagai lembaga Intermediary bertugas menghimpun dana lalu menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Selain itu, pihaknya juga berkomitmen melakukan transformasi digital.

"QRIS dan EDC di Solo dari segmen bisnis itu lebih ke perdagangan dan jasa. Kalau dari sisi sektor usaha (BPS) lebih ke perdagangan batik," paparnya.

Load More