Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 28 Desember 2023 | 20:24 WIB
Prabowo-Gibran pada Debat Capres 2024 putaran pertama. [Suara.com/Ist]

SuaraSurakarta.id - Lembaga pengkajian strategis dan lembaga swadaya masyarakat Centre For Strategic and International Studies (CSIS) menyebut mayoritas rakyat Indonesia memilih Prabowo SubiantoGibran Rakabuming Raka pada pilpres 2024.

Hal ini diketahui dari survei periode Desember 2023 paska debat calon presiden digelar.

Direktur Eksekutif CSIS Dr. Yose Rizal Damuri mengatakan Prabowo Subianto menempati posisi teratas sebagai capres paling populer dengan angka 97,2 persen. Sedangkan capres dengan popularitas terendah disematkan kepada Ganjar Pranowo dengan angka 91,1 persen.

Yose Rizal menambahkan, survei tersebut juga merekam alasan masyarakat memilih calon presiden dengan pertimbangan jujur atau tidak korupsi, merakyat, dan tegas atau berwibawa.

Baca Juga: Tantang FX Rudy Soal Anggaran Pemerintah Pusat Lebih Besar, Gibran: Lihat Saja Datanya!

"Mayoritas pemilih menginginkan capres berlatar belakang militer yang dinilai mampu bersikap tegas," kata dia, Kamis (28/12/2023).

Dari ketiga pasangan yang ada, Prabowo-Gibran adalah satu-satunya capres dan cawapres yang belum pernah disebut dalam sidang korupsi. Demikian pula Mahfud MD.

Sedangkan Ganjar Pranowo pernah disebut dalam sidang korupsi E-KTP. Demikian pula Muhaimin Iskandar dalam kasus sidang korupsi "kardus durian" di sidang tipikor Menakertrans pada tahun 2011.

Tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran pasca debat capres, dari hasil survey ini mendapat dukungan 43,7 persen dari seluruh provinsi di Indonesia. Disusul Anies-Muhaimin 26,1 persen, dan Ganjar-Mahfud 19,4 persen.

Sedangkan penilaian publik terhadap debat cawapres menempatkan Gibran dan Mahfud MD yang sukses dan menguasai materi.

Baca Juga: Heboh Yel-yel 'SoloBukanGibran' Saat Apel Satgas PDIP di Solo, Gibran Beri Respon Simpel

Sementara tingkat elektabilitas berdasarkan zona, Prabowo-Gibran unggul di Sumatera (36,5 persen), Jakarta & Banten (35,2 persen), Jawa Barat (50,9 persen), Jawa Timur (52 persen), Bali & Nusra (45,7 persen), Kalimantan (41,3 persen), Sulawesi & Gorontalo (50 persen), serta Maluku Papua (57,5 persen).

Namun demikian pasangan ini kalah di Jawa Tengah dan Yogyakarta (36,5 persen). Sedangkan Ganjar-Mahfud unggul di Jawa Tengah & Yogyakarta (43,5 persen). Pasangan Anies-Imin hanya unggul di Jakarta & Banten dengan persentase sama dengan Prabowo-Gibran (35.2 persen).

Selain capres, lembaga yang berkantor pusat di Amerika Serikat, dan didukung beberapa tokoh politik seperti Sofyan Wanandi, Mari Elka Pangestu, J Kristiadi (Sekretaris Yayasan CSIS saat ini), Ria Moerdani (anak Jend. LB Moerdani) dan Kusnanto Anggoro (saat ini menjadi Dewan Analis Strategis Badan Intelijen Negara) juga merilis tingkat kepercayaan publik pada institusi negara.

Lembaga negara yang mendapat tingkat kepercayaan tertinggi adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebesar 91,2 persen, dan lembaga negara yang memperoleh tingkat kepercayaan terendah adalah Dewan Perwakilan Rakyat (56,2 persen).

Untuk elektabilitas partai politik, Partai Gerindra melesat 14,6 persen, Golkar (11,9 persen) dan PKS (11,8 persen). Sedangkan PDIP meski masih mencapai yang tertinggi yakin 16,4 persen, pada dasarnya turun dari survey pemilu sebelumnya (2014 dan 2019).

Survei CSIS ini dilakukan pada 27 Desember dengan periode survei pada 13-18 Desember 2023 dan analisa pada 24-25 Desember 2023 dengan populasi tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error survei sebesar +/- 2,7% pasca debat calon presiden.

Sementara itu Andre Ardi, peneliti dan kepala laboratorium M-Data Analytix Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menyebut ketertarikan publik pada debat capres dan cawapres sangat tinggi.

"Masyarakat sangat antusias dan mengharapkan dalam debat Capres dan Cawapres berikutnya untuk mengubah pilihan atau menentukan pilihannya. Artinya rakyat mulai aware dan ingin membuktikan informasi hoax dan hate speech di media sosial tentang Capres atau Cawapres,” katanya.

Hal ini memungkinkan salah satu Capres atau Cawapres menjadi naik melejit dan memungkinkan menjadi drop setelah performa di debat kurang baik.

Load More