Ia mencontohkan saat ini banyak kelompok, seperti agama lokal, yang belum mendapatkan ruang proporsional.
"Melihat kondisi ini, saya melihat media berperan penting untuk melakukan edukasi melalui pemberitaan yang berimbang, netral, dan melakukan verifikasi," ujar Nana.
Diskusi tersebut mengundang sejumlah redaktur pelaksana (redpel) dari media nasional hingga lokal.
"Pertemuan para editor ini merupakan sarana berbagi informasi mengenai berbagai isu dan pemberitaan media. Sebagaimana diketahui, dapur redaksi menjadi nakhoda pemberitaan media. Oleh karenanya editor, redpel, dan pemimpin redaksi (pemred) memiliki peran yang sangat penting," tegas dia.
Baca Juga: Gibran Pagi-pagi Sowan ke Gus Miftah di Ponpes Ora Aji, Bahas Pemenangan di Yogyakarta?
Sementara Redpel Solopos, Danang Nur Ichsan menuturkan, industri media cetak terbagi menjadi dua yakni cetak dan online. Di media cetak relatif lebih tersaring karena banyak yang terlibat. Kondisi tersebut berbeda dengan media online.
Proses penyarinag produk jurnalistik yang lebih longgar di media online turut menjadi tantangan tersebdiri. Selain itu, traffic juga menjadi parameter utama.
"Tantangan selanjutnya adalah bagaimana membangun keseimbangan. Caranya mungkin bisa cari traffic dari sisi lain, untuk isu KKB lebih pilih ke isu lainnya yang tidak menjegal minoritas seperti menyebut sesat. Sayangnya, sekarang isu menegenai steriotipe memiliki keterbacaan yang tinggi," kata Danang.
"Ketika sudah ada ruang, Bagaimana bungkusnya, takutnya kita memberi ruang tapi malah membuat mereka terdiskriminasi. Jadi harus ada pemahaman lagi di pengemasan isu KKB," sambungnya.
Danang menambahkan, dapur media online tak hanya berisi para jurnalis, melainkan menjadi beragam dari penulis konten atau content writer hingga tim yang mengelola media sosial.
Baca Juga: FOXS Indonesia Para Badminton International 2023: Kejutan Dimas Tri Aji Kalahkan Unggulan Ketiga
"Apakah mereka dapat pembekalan yang sama dengan jurnalis. Sekarang semua media punya medsos, tapi apakah mereka punya pelajaran tentang kode etik jurnalistik yang jadi fundamental media," paparnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Jadi Kota Nomor 4 Paling Toleran di Indonesia, Kegiatan Keagamaan Minoritas Kota Solo Jadi Poin Plus
-
Berada di Masjid Al-Aqsa, Abu Janda Singgung Penolakan Gereja: Merdekakanlah Umat Minoritas Beribadah di Cilegon
-
Roy Suryo Tak Kunjung Ditahan Usai Jadi Tersangka, Ferdinand Hutahaean: Apa Karena yang Dinistakan Minoritas?
Tag
Terpopuler
- 5 Rekomendasi HP Samsung Murah Rp2 Jutaan: RAM Gede, Kamera Terbaik
- Cari Mobil Bekas Harga Rp35 Jutaan? Ini Rekomendasi Terbaik, Lengkap dengan Spesifikasinya!
- Dulu Hanya Sultan yang Sanggup, Kini Jadi Mobil Bekas Murah: Ini Deretan Sedan Mewah Kelas Atas
- 8 Mobil Bekas Murah 7 Seater Rp60 Jutaan, Pajaknya Lebih Murah dari Yamaha XMAX
- 5 HP Redmi Murah RAM 8 GB, Harga Sejutaan di Mei 2025
Pilihan
-
10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
-
Puan Tolak Relokasi Warga Gaza, PCO: Pemerintah Cuma Mau Mengobati, Bukan Pindahkan Permanen
-
Wacana 11 Pemain Asing di Liga 1 Dibandingkan dengan Saudi Pro League
-
Dewi Fortuna di Sisi Timnas Indonesia: Lolos ke Piala Dunia 2026?
-
7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik, Super Murah Pas buat Kantong Pelajar
Terkini
-
Diduga Rem Blong, Ini Kronologi Kecelakaan Maut di Jalur Lama Tawangmangu
-
Kecelakaan Maut di Tawangmangu: Minibus Terguling, 5 Orang Tewas
-
Tinjau Cek Kesehatan Gratis di Mangkunegaran, Respati Ardi: Periksa Jangan Tunggu Sakit!
-
Tim Sparta Tak Kenal Ampun: Pesta Miras di Jebres Dibubarkan, Tiga Pemuda Diamankan
-
Dugaan Korupsi Alat Kesehatan, Kejari Geledah Kantor Dinkes Karanganyar