Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 23 Agustus 2022 | 07:27 WIB
Kompleks siti hinggil lor dan kidul Keraton Kasunanan Surakarta. (Suara.com/Ari Welianto)

"Jadi konsep kita menghadap ke Tuhan, jadi lurus vertikal," ucap dia.

Pada zaman dahulu ketika ada pisowanan agung agung atau hari jadi, rakyat, abdi dalem yang mempunyai pangkat di bawah bupati sepuh itu biasanya sowannya di siti hinggil jadi tidak masuk di dalam keraton.

Saat ada upacara adat, seperti grebeg atau yang lain, rakyat bisa melihat atau bertemu raja di siti hinggil.

"Titik pertemuannya di situ," imbuhnya.

Baca Juga: Leher Kerbau Keturunan Kyai Slamet Diikat dan Ditarik Tali, Pegiat Budaya Solo: Ironi Diperlakukan Seperti Itu!

Siti hinggil juga biasa dipakai raja, untuk melihat aktivitas rakyatnya. Apalagi di depannya terdapat alun-alun keraton. 

Karena siti hinggil dan alun-alun itu merupakan titik di mana rakyat bisa bertemu dengan raja atau sebaliknya raja bertemu dengan rakyat.

"Kalau dulu harus di siti hinggil tidak bisa di mana-mana," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Baca Juga: Keraton Kasunanan Surakarta Pastikan Kerbau Keturunan Kyai Slamet Ikuti Kirab Malam 1 Sura

Load More