Mega Tala mengingatkan orang-orang yang masih merasa stres, cemas, takut, tidak nyaman dengan kondisi pandemi dan terpengaruh kondisi kesehatan mentalnya (pikiran, emosi, perilaku, menjadi tidak produktif dan lainnya) tak melakukan diagnosa sendiri atau self diagonose. Dia menyarankan mereka berkonsultasi ke psikolog ataupun psikiater.
"Karena semua yang dirasakan diri kita itu valid dan butuh divalidasi ahli agar tidak menjadi berlarut-larut dan berkepanjangan. Lebih baik mencegah daripada semakin parah baru berusaha mencari pengobatan," ujar dia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengingatkan orang-orang menjaga kesehatan mental melalui kegiatan yang menunjang kesehatan fisik. Kegiatan ini antara lain melakukan aktivitas fisik rutin, konsumsi makanan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI itu mengatakan, merujuk WHO, orang sehat secara mental berarti dapat menangani situasi stres, menyadari keterbatasannya, belajar dan bekerja dengan baik serta berkontribusi pada masyarakatnya.
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 19 Agustus: Positif 2.217, Sembuh 2.288, Meninggal 5
Dalam mendukung masyarakat Indonesia yang sehat serta sejahtera jiwa raga, organisasi profesi seperti Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) atau Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia (APKI) memiliki peranan, kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Yohanes Baptista Satya Sananugraha. Dia berharap, Pemerintah dan organisasi profesi ini dapat menjalin hubungan baik dan saling mendukung.
Pemerintah saat ini menginisiasi pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa khususnya rumah sakit jiwa di enam provinsi di Indonesia yang belum memiliki rumah sakit jiwa yaitu Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, Sulawesi Barat, Kalimantan Utara dan Kepulauan Riau.
"Kami harapkan dapat membantu Kementerian Kesehatan bersama Pemerintah Daerah untuk membangun rumah sakit-rumah sakit di enam provinsi. Ini sedang kami inisiasi," demikian kata dia.
Pada kenyataannya, cemas akibat pandemi masih dihadapi sebagian orang. Selain berupaya mengatasi sendiri, mereka disarankan berkonsultasi dengan tenaga profesional bila cemas tak kunjung mereda. [ANTARA]
Baca Juga: Gibran Kembali Positif Covid-19, Dinkes Solo Akui Kasus Covid-19 sedang Meningkat
Berita Terkait
-
Viral Beli Emas usai Lebaran: Kecemasan Kolektif Tanpa Solusi?
-
Gejala Nyeri Dada Akibat Anxiety: Apa Bedanya dengan Serangan Jantung?
-
Ewuh Pakewuh, Budaya Jawa yang Memengaruhi Kesehatan Mental
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
5 Kualitas Pasangan yang Wajib Dicari Jika Kamu Punya Anxiety, Ini Penjelasan Ahli
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
Terkini
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
Polemik Ijazah Palsu: Jokowi Buktikan dengan Hukum dan Data UGM
-
Sudah Tunjuk Pengacara, Jokowi Siap Lawan Soal Gugatan Mobil Esemka
-
Pertamina Pecat Kru Mobil Tangki Buntut BBM Oplosan di SPBU Trucuk Klaten
-
BBM Oplosan Air di SPBU Trucuk Klaten: Polisi Tetapkan Satu Tersangka