SuaraSurakarta.id - Usai proses mediasi gagal, kasus gugatan dugaan ijazah palsu Jokowi dilanjutkan proses sidang, Senin (2/6/2025).
Dalam sidang yang perkara dengan nomor 99/Pdt.G/2025/PN.Skt, penggugat Muhammad Taufiq tidak hadir dan diwakilkan kuasa hukumnya.
Sedangkan untuk tergugat satu Jokowi diwakilkan kuasa hukumnya YB Irpan.
Dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo hadir langsung komisioner KPU, SMAN 6 Solo dan UGM diwakilkan oleh Biro Hukum.
Baca Juga:Namanya Dikaitkan dalam Calon Ketua Umum PPP Amran Sulaiman, Jokowi: Itu Urusan Internal
"Hari ini pembacaan gugatan dan untuk itu majelis mempersiapkan saudara penggugat. Apakah dalam gugatan saudara tetap dengan gugatan atau perbaikan atau perubahan terhadap gugatan tersebut," ujar Majelis Hakim Putu Gde Hariadi, Senin (2/6/2025).
Agenda sidang tersebut adalah pembacaan gugatan. Penggugat membacakan langsung gugatan sebanyak 36 lembar dihadapan majelis hakim dan para tergugat.
Pembacaan 36 gugatan dibacakan oleh kuasa hukumnya secara bergantian. Pembacaan gugatan ini merupakan permintaan langsung penggugat.
Majelis hakim sendiri sempat menawarkan kepada penggugat apakah gugatan akan dibacakan langsung atau tidak.
Karena gugatan sudah terupload dalam e-COURT PN Solo, pelayanan administrasi peradilan secara elektronik sesuai PERMA nomor 3 tahun 2018.
Baca Juga:Hasil Survei Publik Tak Percaya Ijazahnya Palsu, Jokowi Ungkap Pesan Ini
Namun penggugat minta agar gugatan dibacakan langsung meski para tergugat menginginkan sesuai dengan PERMA yang ada.
"Data sudah termuat dan terabot kecuali ada perubahan. Kalau ada perubahan itu belum diupload di dalam sistem aplikasi e-COURT. Tapi kalau gugatan masih sama seperti gugatan yang di awal," ungkapnya.
"Gugatan di awal ini kan sudah bisa dipahami, bisa dibaca para pihak tergugat. Majelis tawarkan kepada penggugat apakah akan dibacakan atau tidak," jelas dia.
Kuasa hukum penggugat, Andhika Dian Prasetyo dengan tegas menyampaikan untuk dibacakan.
"Kami bacakan," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Alumnus SMAN 6 Solo akan menggugat intervensi kepada penggugat ijazah palsu Jokowi dalam hal ini Tim Tolak Ijazah Palsu Usaha Gakpunya Malu (TIPU UGM) ke Pengadilan Negeri (PN) Solo.
Gugatan intervensi ini dilakukan atas gugatan yang dituduhkan kepada Presiden ke-7 Jokowi, bahwa ijazahnya palsu di SMAN 6 Solo.
Sebelum melayangkan gugatan intervensi ke PN Solo, sejumlah alumnus dan kuasa hukumnya memang sempat menemui Jokowi di kediaman pribadinya di Jalan Kutai Utara 1 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari.
"Kami selaku tim hukum dari alumnus SMAN 6 akan menyampaikan gugatan intervensi dalam perkara perdata tersebut dengan memihak kepada SMA 6 selaku tergugat tiga," terang Kuasa Hukum Alumnus SMAN 6 Solo, Wahyu Theo, Sabtu (31/5/2025).
Wahyu menjelaskan di gugatan intervensi itu kepentingannya untuk menjaga marwah SMN 6 dan alumni.
"Kami mengajukan gugatan intervensi ini selaku pihak yang merasa kepentingannya dirugikan. Ini untuk menjaga marwah SMAN 6 dan marwah para alumnus," ungkap dia.
Menurutnya gugatan intervensi ini tidak berbicara soal kerugian. Karena gugatan itu hanya memihak, sifatnya hanya memihak adanya gugatan tersebut.
"Kami tidak menuntut ganti rugi tapi juga ingin membantu SMAN 6 supaya ada semacam pembelaan secara komprehensif," katanya.
"Yang digugat itu penggugat ijazah palsu Jokowi. Itu yang menggugat Pak Jokowi, tergugat dua KPU, dan tergugat tiga SMAN 6," lanjut dia.
Rencana untuk gugatan intervensi akan dilayangkan usai bertemu Jokowi. Karena kedatangan ke sini untuk minta izin terlebih dahulu kepada Jokowi terkait rencana gugatan ini.
"Setelah dari sini mendapatkan izin Pak Jokowi. Kami akan segera mendaftarkan gugatan intervensi ini," ujar salah satu alumnus SMAN 6 Solo, Sigit Haryanto.
Sigit mengatakan bahwa alumnus yang datang ke sini merupakan alumnus dan siswa SMAN 6 atau Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP).
Tapi saat ini malah digugat oleh TIPU UGM yang bernomor 99. Yang mana intinya itu gugatan perbuatan melawan hukum terkait masalah institusi SMA 6 yang telah mengeluarkan produk berupa ijazah.
"Tentunya kami ini selaku alumni, kami juga punya produk ijazah SMAN 6 Solo yang sama dengan yang dimiliki oleh teman-teman yang lulus tahun 1980," sambungnya.
Sigit mengaku kalau teman-teman ini merasa terpanggil, karena dulu bagian dari SMAN 6 Solo.
"Kami merasa terpanggil. Terkait dengan itu maka kami akan mendaftarkan gugatan intervensi atau gugatan pihak ketiga," jelas dia.
Kontributor : Ari Welianto