Angkat Kehidupan Kota Solo, Special Screening Film 'Cocote Tonggo' Kocok Perut Penonton

Bahkan kehadiran ratusan penonton yang memenuhi studio sejak awal pemutaran film garapan TOBALI FILM bersama SKAK STUDIOS tersebut.

Ronald Seger Prabowo
Minggu, 11 Mei 2025 | 12:08 WIB
Angkat Kehidupan Kota Solo, Special Screening Film 'Cocote Tonggo' Kocok Perut Penonton
Film 'Cocote Tonggo' sukses menggelar special screening yang penuh antusiasme di The Park Cinema XXI, Sukoharjo, Sabtu (10/5/2025) malam. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

Ayushita juga menyampaikan, apresiasi kepada penikmat film di Kota Solo yang telah memeriahkan event Special Screening Film 'Cocote Tonggo'.

"Dan semuanya terimakasih sudah menyempatkan hadir, selamat nonton mudah-mudahan suka dan semua diajak nonton, temen, tetangga," ujarnya.

Sementara, Aktor sekaligus Sutradara film "Cocote Tonggo", Bayu Skak mengatakan, film "Cocote Tonggo" ini menyentuh realita sosial tentang tekanan masyarakat dan bagaimana cara menghadapinya, namun dibungkus dengan bumbu komedi.

"Film ini punya pesan urip ora ming nuruti cocote tonggo, jadi hidup itu jangan samapai hanya menuruti bacotan tetangga. Jadi kalau misal punya keinginan, lakukanlah. Ojo nganti "ahh timbangane wong iki gak meneng-meneng, aku tak nglakoni apa yang dia mau" jadi jangan sampai seperti itu," katanya.

Baca Juga:Soroti Iuran Acara Perpisahan Sekolah, Ini Kata Komisi IV DPRD Solo

Film 'Cocote Tonggo' sukses menggelar special screening yang penuh antusiasme di The Park Cinema XXI, Sukoharjo, Sabtu (10/5/2025) malam. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]
Film 'Cocote Tonggo' sukses menggelar special screening yang penuh antusiasme di The Park Cinema XXI, Sukoharjo, Sabtu (10/5/2025) malam. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

Bayu menuturkan, film ini menceritakan tentang sepasang suami istri yang menjual jamu kesuburan justru belum juga memiliki keturunan.

Lalu, Luki dan Murni sebagai karakter utama, diceritakan menjadi bahan gunjingan warga karena menjual jamu kesuburan namun tak kunjung punya anak.

"Jadi demi menyelamatkan pamor dan keberlangsungan toko jamu warisan keluarga, mereka ini melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan reputasi keluarga dan citra pasangan ideal, nah dari sinilah, berbagai konflik bermula," katanya.

Menurut Bayu, pemilihan lokasi syuting di kawasan Laweyan dan beberapa lokasi lain di seputaran kota Solo berhasil menghadirkan nuansa hyperlocal yang kuat dan otentik.

Terlebih, geografi kawasan yang mudah dijangkau, turut mempermudah proses shooting film.

Baca Juga:Wali Kota Solo Tak Larang Sekolah Gelar Study Tour, Asal...

"Solo itu spesial bagi saya juga, karena ya untuk settingnya kan memang yang dicari adalah perkampungan yang ada langsung rumah-rumahnya kita bisa semuanya ada disitu, biar gak jauh-jauh shootingnya, langsung 4 sampai 5 rumah itu di kampung Laweyan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini