SuaraSurakarta.id - Menghadapi deru laju pembangunan dengan segala rupa warna yang diglorifikasi sebagai kemajuan, kampung menjadi sebuah penanda akan satu bentuk kesederhanaan.
Bagaimana ruang lingkup sosial yang terbentuk dari rukun tetanga dan warga menawarkan keakraban yang tercermin dari tegur sapa.
Konon, aktivitas seperti ini sudah mulai jarang ditemukan. Manusia modern dinilai semakin acuh dengan segala kesebukan yang dimiliki.
Perbincangan itu muncul dalam gelaran Selasa Pahing Kaping Papat Srawung Ben Ra Suwung di Geger Geni Coffee and Roastery di Kampung Batik Laweyan, 17 September silam.
Baca Juga:Dapat Dana Hibah dari Pemerintah Uni Emirat Arab, Kampung Batik Kauman Bakal Dipercantik
Sebelum sesi rasan-rasan dimulai, semua yang hadir malam itu disuguhi series Tuyul Kok Dilawan garapan Latar Pictures.
"Rumah produksi inisiasi muda-mudi Kampung Bumi ini tidak sedang gagap menggarap film horor yang tengah naik daun di bioskop-bioskop tanah air," kata Danang Rusdy, salah satu inisiator Srawung Ben Ra Suwung.
Muatan yang ditawarkannya begitu kental dengan suasana guyup yang hadir lewat kolaborasi seluruh warga. Mulai dari anak-anak sampai bapak ibu di lingkungan sekitar tampak antusias menjadi bagian dari series ini.
Siapa sangka forum tirakatan yang digelar setiap tahun memicu kegelisahan muda-mudi menampilkan sesuatu yang berbeda. Semua tak menyangka bahwa respon yang muncul sedemikian luar biasa. Antusiasme tersebut menjadi bara bagi generasi muda di kampung ini untuk terus berproses.
Alhasil aktivitas nongkrong ngalor ngidul yang identik dengan hal-hal negatif mulai berganti. Semua elemen mencoba saling mengisi agar daya kreativitas tersebut dapat terus berjalan.
Baca Juga:Mengenal Sosok Halimah, Mantan Guru yang Masuk TikTok Change Makers 2024
Sesi obrolan sendiri tak kalah seru. Meski nuansa romantisme begitu kuat hadir, ada juga yang berbagi pengalaman bagaimana identitas tempat tinggal yang berada di sebuah kampung yang terlanjur kesohor dengan citra negatif menjadi problematika tersendiri.
"Betapa gegar budaya yang dialami juga menjadi bagian dari sebuah proses pembelajaran untuk menjalani segala bentuk perbedaan. Tumpang tindih nilai yang hadir dengan segala pengaruh yang ditawarkan," jelas dia.
Sedianya lokasi acara ini akan digelar di salah satu ruas jalan Kampung Bumi yang menjadi lokasi syuting. Merasakan sensasi layar tancap dan bercengkerama dengan warga sekitar.
Meski akhirnya berpindah di Geger Geni Coffee and Roastery di Kampung Batik Laweyan, semarak tawa canda hadir hingga acara selesai. Tampak menarik ketika salah seorang peserta membawa ketiga anaknya untuk turut serta.