SuaraSurakarta.id - Dunia pendidikan kembali dihebohkan dengan aksi kekerasan di pondok pesantren (ponpes) yang berujung kematian seorang santri.
Seorang santri SMP PT Az Zayadiyy, Grogol, Sukoharjo, Abdul Karim Putra Wibowo (16) meninggal dunia diduga menjadi korban perundungan atau kekerasan kakak tingkatnya.
Bocah asal RT 01 RW 14 Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres meninggal, Senin (16/9/2024) itu sempat dibawa ke RS Moewardi, namun sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Pesantren menjadi salah satu lembaga Pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan anak dan solusi untuk menghindari dari pergaulan bebas, yang hari ini sangat meresahkan dikalangan remaja.
Baca Juga:BREAKING NEWS! Santri Asal Solo Meninggal Dunia, Diduga Korban Kekerasan Kakak Tingkat
Pesantren semakin menjadi pilihan, ini terbukti setiap tahunnya, jumlah pendaftar pesantren di seluruh Indonesia membludak.
Namun semakin banyaknya peminat pesantren, jangan sampai salah memilih pesantren. Karena saat ini banyak instansi pendidikan berkedok pesantren, pesantren yang tak berizin dan pesantren yang kurang jelas sanad keilmuannya gurunya. Bahkan ada pesantren yang keluar dari ideologi bangsa kita, yang ujung-ujungnya malah menyesatkan (radikal) hingga kekerasan.
Dikutip dari laman NU Online, berikut tips memilih pesantren yang baik:
1. Sesuaikan Pesantren yang hendak di Pilih dengan Afiliasi Kultural Anda.
Maksud penyesuaian kultur, adalah jika anda dan keluarga orang yang secara kultural berlatarbelakang NU (Nahdlatul Ulama) seperti suka tahlil, qunut, maulid Nabi, dll, maka carilah pesantren NU. Jika anda dan keluarga adalah seorang Muhammadiyah, maka sebaiknya pilihlah pesantren Muhammadiyah.
Baca Juga:Logistik Pilkada Tiba di Solo, Bawaslu Pastikan Semua Berjalan Lancar
Jika anda seorang penganut Salafi-Wahabi, maka pilihlah pesantren yang kultur dan pengasuhnya Salafi-Wahabi. Ada lagi misal anda dari kelompok minoritas seperti LDII, Wahidiyah, dll, maka carilah pesantren yang diasuh oleh mereka yang sesuai aliran ideologinya dengan anda.
Ini langkah pertama yang sangat penting dan krusial. Jangan sampai orang NU dikirim ke pesantren Wahabi dan sebaliknya. Karena kesalahan memilih pesantren ini akan berdampak pada konflik sosial antara anak, orang tua dan keluarga nantinya.
2. Perhatikan Tipe, Sistem dan Model Pendidikan Pesantren
Secara umum, di Indonesia terdapat dua tipe pondok pesantren, Salaf (tradisional) dan Modern (Terpadu, Ashriyah). Pondok salaf lebih fokus mengkaji pada kitab-kitab kuning dengan sistem pengajian tradisional (seperti sorogan, wetonan, dan bandongan).
Sedangkan pondok modern pendidikannya memadukan ilmu agama dan umum, dan terdapat jenjang pendidikan seperti tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah. Pesantren modern biasanya juga terdapat kegiatan ekstrakurikulernya, layaknya sekolah umum, hanya saja pesantren lebih bervariasi.
Dari sini orang tua bisa menentukan terlebih dahulu, si anak maunya pesantren yang jenis seperti apa, Salaf atau Modern. Karena hal ini juga berpengaruf terhadap hasil outputnya nanti.