"Itu yang mencoba kita kawal, jangan sampai nanti terjadi saat pilpres kemarin. Di mana adanya perubahan aturan yang tiba-tiba," terangnya saat ditemui, Kamis (22/8/2024).
Menurutnya itu semua ada salah satu orang yang dibalik ini untuk melanggengkan keluarganya agar bisa mengobrak-abrik demokrasi Indonesia.
Terkait jalan mundur saat long marc menuju Balai Kota Solo, Agung menyebut itu sebagai simbol kemunduran demokrasi Indonesia hari ini.
"Untuk tuntutannya itu ada 18 point. Salah satunya itu menolak dengan tegas dan keras revisi UU yang telah disahkan secara mendesak dan mencederai konstitusi. Lalu menuntut DPR RI untuk membatalkan rancangan UU yang sudah disepakati Badan Legislasi (baleg)," papar Presiden BEM UNS ini.
Baca Juga:HUT ke-79 RI Jadi Momentum Jaga Perdamaian Hadapi Pilkada Serentak
Sementara itu Koordinator Pusat BEM Solo Raya, Rozin Afianto mengatakan aksi hari ini diikuti mahasiswa dari kampus di Solo Raya.
Apa yang disuarakan ini merupakan suara dan kesepakatan bersama bukan hanya kelompok atau golongan saja. Bangsa ini sudah dicederai dan negara ini sudah dirusak-rusak.
"Maka hari ini kita sepa dikat dan mengajak elemen masyarakat Solo Raya untuk bisa gerakan aksi ini. Bentuk simbolik kita menunjukan perlawanan bahwa Indonesia hari ini dengan Kabinet Indonesia Mundur bukan lagi Indonesia Maju," tandas dia.
"Jokowi yang dulunya Wali Kota Solo, maka kita menyuarakan hari ini di Solo yang merupakan asal semua masalah di negara ini. Maka kami berharap untuk bisa memaksa Jokowi pulang daripada jabatannya dan menjadi warga negara serta tidak merusak negara Indonesia," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto
Baca Juga:Road to Pilkada Solo 2024: Tak Kunjung Beri Kepastian Maju, Gusti Bhre Ungkap Hal Ini