Prof Tjandra menyarankan agar kesehatan tetap terjaga, baik tenaga kesehatan maupun masyarakat untuk tetap tenang terhadap situasi terkini dan menunggu informasi terkait perkembangan cuaca terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Di sisi lain, perlu adanya penerapan gaya hidup sehat dengan menjaga asupan gizi seimbang serta kebutuhan mineral agar tidak mudah terserang penyakit. Termasuk berolahraga di sela aktivitas agar tubuh tetap bugar.
“Pastikan juga untuk tetap terhidrasi dengan meminum air putih enam sampai delapan gelas sehari,” ujar profesor yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular Asia Tenggara tersebut.
Sebelumnya pada Kamis (2/5), Deputi Meteorologi BMKG Guswanto memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas (heatwave).
Baca Juga:Cerita dari Kamboja Part 2: Terjebak Badai di Tanah Gersang Phnom Penh
Melainkan cuaca panas yang diperkirakan bakal berlangsung hingga bulan Agustus atau September akibat dari adanya gerak semu matahari.
BMKG menilai hal demikian itu merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
“Peningkatan suhu itu tidak sama dengan apa yang dialami sejumlah negara Asia lain seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal dan China,” kata dia.
Maka dari itu, Guswanto merekomendasikan untuk meminimalkan waktu di bawah paparan matahari antara pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB dan direkomendasikan mengoleskan cairan pelembap tabir surya SPF 30+ setiap dua jam untuk melindungi permukaan kulit.