Ini 5 Kerajaan Mataram yang Runtuh dan Rata dengan Tanah, Ada di Yogyakarta dan Solo

Mataram Islam mulai eksis pada tahun 1586 yang didirikan oleh Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 22 November 2023 | 09:24 WIB
Ini 5 Kerajaan Mataram yang Runtuh dan Rata dengan Tanah, Ada di Yogyakarta dan Solo
Tembok bekas Keraton Kartasura atau kerajaan mataram. [Suara.com/Ari Welianto]

Pada 1680, pusat Kerajaan Mataram dipindahkan ke Kartasura. Setelah wafat, Amangkurat II digantikan oleh putranya, Raden Mas Sutikno yang bergelar Amangkurat III. Namun, pemerintahannya hanya bertahan dua tahun.

Posisinya direbut oleh pamannya sendiri, Pangeran Puger yang bergelar Pakubuwuono I. Pada tahun 1719 Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Raden Mas Surya Putra yang bergelar Amangkurat IV. Selanjutnya, sepeninggal Amangkurat IV, pada 1726 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sunan Pakubuwono II.

Pada masa kepemimpinan Pakubuwono II inilah Kartasura mengalami kehancuran, sehingga pada tahun 1742 keraton Kartasura diserang oleh cucu Amangkurat III, yakni Sunan Kuning yang didukung pasukan etnis China. Peristiwa tersebut yang kemudian dikenal sebagai Geger Pacinan.

Karena sempat diduduki musuh, Pakubuwono II menganggap tempat tersebut sudah tidak ada wahyunya. Karena itu, ia memindahkan keraton ke Sala alias Solo yang kemudian menjadi menjadi Kasunanan Surakarta.

Baca Juga:Sejarah Panjang Mataram, Awal Berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta

5.     Keraton Ambarketawang

Pada masa pemerintahan Pakubuwono II, terjadi pemberontakan oleh adiknya, Pangeran Mangkubumi, dan keponakannya, Pangeran Sambernyawa. Sebab, Mataram terlalu dikuasai oleh VOC Belanda.

Perang saudara ini terus terjadi dan berlarut-larut. Konflik kemudian diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 1755. Perjanjian itu mengatakan bahwa Mataram dibagi menjadi dua. Sejak itu Pangeran Mangkubumi berkuasa dan bergelar Sultan Hamengkubuwono I dan berkuasa di Mataram Barat..

Namun, karena belum memiliki keraton, ia menempati Pesanggrahan di Ambarketawang sebagai keraton sementara. Kemudian dibangunlah keraton di bekas Pesanggrahan Garjitowati. Karena itu, pada tahun 1756, Hamengkubuwono I pindah ke keraton baru.

Itulah yang kemudian menjadi keraton Kesultanan Yogyakarta. Sementara, Keraton Ambarketawang yang ditinggalkan menjadi tak terurus dan runtuh. Bahkan, kini keraton tersebut hanya menyisakan benteng yang sudah rusak.

Baca Juga:Marak Alih Fungsi Cagar Budaya, Forum Budaya Mataram Nilai Pemerintah Kurang Beri Perhatian

Nah, itulah lima keraton yang runtuh karena tak terurus jadi cagar budaya berjalannya Kerajaan Mataram Islam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini