Pada masa orde baru yang menyedihkan bagi umat konghucu. Namun, meski ada kerusuhan masa itu, klenteng tetap aman.
Dulu pernah ada aturan jika tempat ibadah dan yang dituju adalah agama konghucu. Karena dulu ada persepsi agama konghucu itu 99 persen orang Tionghoa dan tidak boleh melakukan ibadah secara umum di Klenteng.
"Makanya dulu orang konghucu sembahyang dan berdoa di rumah. Waktu itu klenteng diminta untuk ditutup, itu sekitar tahun 1970 an," paparnya.
Waktu itu pengurus klenteng dipanggil dan papan nama dengan tulisan Tionghoa yang ada di atas pintu masuk diminta diturunkan. Lalu klenteng diminta untuk ditutup.
Baca Juga:Kumpulan Kata-Kata Kartu Ucapan Imlek 2023 dan Cara Membuatnya, Gratis!
"Lalu pengurus bilang 'mohon maaf, kita ini mendapat amanah kepercayaan dari para leluhur. Jadi kalau saya diminta menurunkan itu atau menutup klenteng ini, saya tidak berani'. 'Tapi kalau bapak mau menurunkan dan menutup, silahkan'," cerita dia.
Dulu segala kebudayaan dan kesenian juga sangat dibatasi. Pernah klub barongsai mau main di PMS didatangi dan dimaki-maki.
"Setelah sekarang boleh main lagi, saya kalau melihat barongsai nangis. Dulu kebudayaan dan kesenian dibatasi," terangnya.
Mantri, sapaan akrabnya mengatakan untuk menyiasati saat klenteng diminta ditutup. Maka banyak klenteng-klenteng yang namanya dirubah menjadi vihara, sehingga banyak yang menyebut klenteng sebagai vihara.
"Jadi ada permasalahan mau ditutup, untuk menyiasati itu. Banyak klenteng-klenteng yang namanya dirubah jadi vihara," ucap dia.
Baca Juga:5 Kegiatan Seru untuk Rayakan Imlek 2023 Bersama Teman dan Keluarga
Pada peristiwa 1998 dan terjadi kerusuhan. Para pengemudi becak, buruh dan orang-orang sekitar itu menghadang serta menghalau saat mau ada yang masuk ke klenteng.