Berasnya Dipopulerkan Ganjar, Petani Srinuk Asal Klaten Makin Semangat Jaga Ketahanan Pangan

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo benar-benar peduli dengan produk lokal. Seperti, beras Srinuk yang merupakan produk pertanian unggulan Kabupaten Klaten

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 05 Oktober 2022 | 14:11 WIB
Berasnya Dipopulerkan Ganjar, Petani Srinuk Asal Klaten Makin Semangat Jaga Ketahanan Pangan
Petani beras Srinuk, Harjono asal Desa Kepanjen, Kecamatan Delanggu, Klaten, menilai kedatangan Ganjar ke tempatnya untuk mengecek beras Srinuk sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap petani. [Istimewa]

SuaraSurakarta.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo benar-benar peduli dengan produk lokal. Seperti, beras Srinuk yang merupakan produk pertanian unggulan Kabupaten Klaten, pun pernah dipedulikan Ganjar dengan memopulerkannya ke publik luas.

Petani beras Srinuk, Harjono asal Desa Kepanjen,  Kecamatan Delanggu, Klaten, menilai kedatangan Ganjar ke tempatnya untuk mengecek beras Srinuk sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap petani.

"Merasa diperhatikan pemerintah kaitannya dengan ketahanan pangan. Kita sebagai petani mengharapkan apa yang kita kerjakan itu  bisa dilihat pemerintah," kata Harjono di tempat penggilingan padi Srinuk di desanya, Rabu (5/10/2022).

Harjono memperkenalkan beras yang dikenalkan Ganjar tersebut. Beras Srinuk adalah beras sejenis Rojolele yang sudah direkayasa oleh Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Hasilnya, produk beras jenis Srinuk itu bisa lebih memiliki beberapa kelebihan dibanding beras Rojolele yang sebelumnya.

Baca Juga:PSI Deklarasikan Ganjar Pranowo Capres 2024, Pengamat: Jebakan, Cuma Sensasi

Misalnya, dulu Rojolele itu memiliki umur sampai lima bulan, sekarang Srinuk hanya sekitar 110 hari atau sekitar 3 bulan lebih. Tidak hanya itu, keduanya memiliki perbedaan lain. Seperti tanaman Rojolele yang lebih tinggi daripada Srinuk. Kondisi itu membuat Rojolele lebih berpotensi dimakan burung dan kena angin. Sedangkan Srinuk bisa lebih aman karena pendek sehingga aman dari burung dan tidak roboh.

"Kalau kualitas rasanya lebih enak Rojolelenya daripada Srinuk hanya kualitasnya turun dikit," terangnya.

Srinuk juga wangi dan tingkat pulennya hampir sama dengan Rojolele, serta bulir padinya bulat namun agak pendek dibanding Rojolele.  Petani Klaten juga lebih untung menanam Srinuk.

Jika panen Srinuk, petani seperti dirinya bisa meraup pendapatan Rp 6 juta per Ha. Sedangkan varietas lain, pendapatanya sekitar Rp 5 juta per Ha.

Penjual bibit padi Srinuk, Sumiyem mengakui jika, bibit Srinuk memang memiliki kualitas bagus. Seperti bibitnya yang super, dan besar. "Paling besar (bibitnya), paling bagus. Bibit Srinuk sae (bagus), nasinya enak. berasnya paling bagus. Petani semua suka," kata Sumiyem.

Baca Juga:Tiba-Tiba Dideklarasikan Jadi Capres pada Pilpres 2024 oleh PSI, Ganjar Pranowo: Saya Nggak Tahu

Pemerintah Kabupaten Klaten melalui  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Klaten selaku pihak yang ikut meneliti beras Srinuk intens berusaha agar beras ini menjadi lebih baik. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini