SuaraSurakarta.id - Tokoh muda Nahdlatul Ulama Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir baru-baru ini disentil oleh seorang netizen di sosial media.
Rupanya alasan netizen dengan akun twitter @dody_** menyentil Gus Nadir lantaran dosen hukum Monash University itu kerap membuat cuitan kontroversi.
"Saya bukan pendukung khilafah atau HTI. Tapi saya jadi agak kurang respect dengan twit @na_dirs yang sering kali membentur-benturkan anak bangsa," ucap netizen tersebut dikutip pada Sabtu (30/7/2022).
Netizen ini rupanya pernah berharap kalau Gus Nadir suatu saat nanti bisa menjadi penerus sosok Gus Dur.
"Awalnya beliau saya kira bisa jadi penerus Gus Dur yang bikin sejuk, kok jadi kayak buzzer gini," tuturnya.
Menanggapi cuitan netizen tersebut, Gus Nadir menuturkan kalau netizen itu belum mengenal sepenuhnya sosok Gus Dur.
"Berarti sampean mas @dody_** gak paham siapa Gus Dur. Beliau itu mencerdaskan bangsa dengan kontroversinya," balas Gus Nadir melalui akun twitternya.
Gus Nadir pun menyarankan netizen itu untuk sering-sering melihat kata-kata mutiara Mario Teguh ketimbang cuitannya.
"Itu sebabnya pembenci dan pecintanya sama fanatiknya. Kalau cuma mau nyari kutipan yang sejuk, bukan ke Gus Dur, tapi ke Mario Teguh," ungkapnya.
Baca Juga:Pertamina Ngeles Tak Tahu Menahu soal Lowongan Kerja Buzzer MyPertamina
Balasan cuitan Gus Nadir itu pun langsung diserbu komentar netizen lainnya. Mereka justru banyak yang membela Gus Nadir.
"Makjlebb bangiit kalimat terakhirnya Gus. Pasti si om goldenway ceduten tiap ada yang RT," ucap akun @rumah_hali**.
"Iya gus, tapi hidup tak seindah bacotnya Mario Teguh. Setuju?," tutur akun @_iEva**.
"Saya bagian ketawa aja deh, weekend gini baca twit orang serius hiburan ganda," sahut akun @Aceng**.
"Wkwkwk bisa juga tuh Gus. Mungkin saya salah satu pencinta Gus Dur yang aneh, karena ngefans Gus Dur tapi juga kagum dengan Habib Rizieq. Keduanya tak seiring sejalan di dunia nyata, tapi yang saya ambil adalah nilai positive keduanya. Toh nggak ada manusia sempurna kan gus," timpal akun @mas_widi**.
Kontributor : Fitroh Nurikhsan