SuaraSurakarta.id - Virus Corona atau Covid-19 sepertinya terus berkembang. Rusia melaporkan terdapat varian baru yang lebih berbahaya daripada yang sebelumnya.
Laporan pemerintah Rusia menyebutkan sejumlah orang telah terinfeksi Covid-19 varian baru yang diyakini lebih menular dari varian Delta. Selama ini varian Delta dikenal sebagai virus corona yang paling menular.
Kantor Berita RIA mengatakan ada kemungkinan bahwa varian AY42 dari Rusia ini akan menyebar luas, mengutip peneliti senior dari pengawas konsumen negara Kamil Khafizov. Varian itu dapat menyebabkan tingkat infeksi baru Covid-19, yang sudah mencapai rekor tertinggi di Rusia, melesat lebih tinggi.
Varian baru bahkan pada akhirnya mampu menggantikan varian Delta, meski prosesnya cenderung lama.
Baca Juga:Rusia Labeli Grup 'Male State' sebagai Kelompok Ekstremis
Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini menyetujui usulan untuk menutup tempat kerja selama sepekan mulai awal November setelah kematian Covid-19 harian di negara itu mencapai rekor baru 1.028 kematian sehari pada Rabu (20/10/2021), dengan 34.073 infeksi baru.
Sementara itu, menurut informasi terkini di situs WHO, Rabu (20/10/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih meninjau penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 Sputnik V buatan Rusia.
“Seperti calon-calon vaksin lainnya, WHO masih memproses vaksin Sputnik V dari berbagai lokasi manufaktur dan akan memublikasikan keputusan mereka mengenai status EUL [Izin Penggunaan Darurat] begitu semua data tersedia dan evaluasi rampung,” tulis pernyataan WHO kepada Reuters, Kamis (21/10/2021).
WHO mengaku sudah memulai kembali proses penilaian vaksin Rusia tersebut dan menunggu kelengkapan unit-unit data yang diajukan secara terpisah (rolling submission).
Russian Direct Investment Fund (RDIF), yang memasarkan Sputnik V di luar negeri, mengatakan sekelompok pengawas WHO akan segera mengunjungi Rusia untuk mengumpulkan semua tinjauan dan dokumen yang diperlukan tentang Sputnik V.
Baca Juga:Update Covid-19 Global: Kematian Melonjak, Pemerintah Rusia Minta Tempat Kerja Ditutup
Kantor berita RIA melaporkan secara terpisah, kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan kepada CNN bahwa ia berharap WHO dapat menyetujui vaksin Sputnik V dalam beberapa bulan lagi. WHO mengatakan tinjauannya pada Juli, tentang bagaimana Rusia memproduksi vaksin Sputnik V, menemui sejumlah masalah terkait pengisian ampul di salah satu pabrik. Pihak perusahaan mengatakan bahwa sejak saat itu mereka telah mengatasi segala kekhawatiran WHO.
RDIF mendanai sistem pengujian, obat, dan vaksin Covid-19. Mereka juga mendukung vaksin Sputnik V yang dikembangkan Institut Gamaleya dan berinvestasi dalam pembuatan vaksin secara massal.