SuaraSurakarta.id - Perajin patung batu dari Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Achmad Zainudin (27), menceritakan dampak pandemi Covid-19 yang dia rasakan selama ini. Selain jumlah pemesan menurun, pengiriman barang ke sejumlah daerah terhambat akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Achmad bisa memahat batu sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Keterampilan tersebut dia dapatkan dari melihat orangtua dan warga di desanya yang mayoritas perajin.
"Mengamati proses pemahatan, lalu iseng mencoba dan akhirnya terbiasa. Selain belajar sendiri, juga diajari oleh bapak bagaimana caranya memahat yang memiliki seni,” kata Achmad dalam laporan Beritajatim, Jumat (20/8/2021).
Penghasilan dari membuat patung batu amat menjanjikan.
Baca Juga:Wanita Ini Bangun Kuil dan Patung untuk Mengenang Mendiang Suami, Begini Kisahnya
Batu-batu besar untuk bahan patung didatangkan dari Kali Konto, Kabupaten Kediri. Batu yang biasanya digunakan yaitu jenis andesit karena tergolong keras.
Peralatan yang dibutuhkan untuk memecah dan mengukir batu, antara lain mesin grinder, palu, dan besi belah.
“Pertama, batu yang sudah dipersiapkan dibelah dulu sesuai ukuran yang kita inginkan. Baru kemudian diukir sesuai apa yang mau kita buat. Ya kita juga harus telaten dan sabar, ya langsung dibuat sesuai karakter yang dipesan tapi kadang juga pakai sktesa gambar jika tidak pernah membuat karakter yang dipesan,” kata dia.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan patung tergantung tingkat kesulitan dan ukuran. Tapi rata-rata patung bisa diselesaikan dalam satu minggu hingga satu bulan.
Zainudin sudah pernah menggarap patung, mulai dari ukuran 40 sentimeter hingga satu meter. Menurut dia, patung yang paling banyak diminati konsumen berukuran 80 sentimeter hingga satu meter.
Baca Juga:HUT RI ke-76, Bendera Merah Putih Raksasa Berkibar di Patung Yesus Tertinggi di Dunia
“Yang sulit karakter dewa-dewi, patung Buddha. Awal pandemi memang berpengaruh baik pesanan maupun pengiriman, apalagi ada PPKM tapi ini sudah mulai bergerak normal. Biasanya sebulan bisa kirim dua kali ke Bali, Jogja, sekali pengiriman satu truk tapi sekarang satu kali sudah alhamdulillah,” ujarnya.
Demikian pula harganya, tergantung pada tingkat kesulitan dan ukuran. Patung setinggi 50 sentimen sampai 60 sentimeter harganya sekitar Rp1 juta. Patung dengan ukuran tinggi satu meter sampai dua meter seharga Rp40 juta.
Tetapi setelah datang pandemi Covid-19 awal tahun 2020, penghasilan ikut terpengaruh.
"Kalaupun tidak ada pesanan, saya dan perajin masih memahat untuk stok jika sewaktu-waktu ada pelanggan datang membeli,” katanya.