Mencekam! Pesepakbola Kota Solo Ditodong Senjata Aparat Usai Turun dari Kereta Api

Ketegangan sempat muncul saat diadang aparat keamanan dengan membawa senjata api.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 27 Juli 2021 | 12:15 WIB
Mencekam! Pesepakbola Kota Solo Ditodong Senjata Aparat Usai Turun dari Kereta Api
Ilustrasi police line. [shutterstock]

SuaraSurakarta.id - Dinamika politik Indonesia pernah mengalami masa kelam di pertengahan 1998 silam. Unjuk rasa besar-besaran hingga pecahnya kerusuhan massa akibat krisis moneter pun menjadi sejarah kelam yang selalu diingat hingga saat ini.

Sejumlah aspek pun mendapatkan hantaman telak akibat kisruh itu, terutama di sektor ekonomi. Tak hanya itu saja, kerusuhan 1998 juga menghentikan roda kompetisi sepak bola Indonesia.

Liga Indonesia (Ligina) edisi keempat yang sedeag melewati setengah perjalanan harus terhenti dengan status force majeur. Kompetisi yang bernama resmi Liga Kansas itu masih berada di fase grup, di mana operator liga masih membagi kompetisi menjadi tiga wilayah.

Tentu saja, salah satu klub yang terkena dampak langsung adalah Arseto Solo. Maklum, sebagai klub miliki keluarga Soeharto yakni sang putra, Sigit Harjoyudanto.

Baca Juga:Gibran Keluarkan SE Wali Kota PPKM Level 4: Kabar Gembira untuk Pedagang, Tapi....

Saat itu, tim berjulukan Biru Langit jadi salah satu public enemy perusuh. Kota Solo yang menjadi markas Arseto pun terkena imbas dengan aksi bakar gedung di sejumlah titik.

Skuad Arseto Solo di musim terakhir mereka berkiprah di Liga Indonesia 1998. [Dok Facebook Arseto Solo]
Skuad Arseto Solo di musim terakhir mereka berkiprah di Liga Indonesia 1998. [Dok Facebook Arseto Solo]

Aris Budi Sulistyo, mantan pemain yang berposisi sebagai wing back kiri masih ingat sejumlah momen penting detik-detik terhentinya kompetisi.

Bahkan, sosok yang saat ini berstatus ASN di Pemkab Karanganyar memiliki cerita menarik saat Ligina IV berakhir, tepatnya saat lawatan dari Kota Bandung.

Sebagian besar personel Arseto Solo kembali ke Kota Bengawan dengan menggunakan kereta api disaat kerusuhan pecah di sejumlah tempat.

Namun, lanjut Aris, ketegangan sempat muncul saat dirinya diadang aparat keamanan dengan membawa senjata api setelah keluar dari Stasiun Solo Balapan.

Baca Juga:Luhut: Saya Minta TNI-Polri Bujuk Pasien Covid Lansia dan Komorbid ke Tempat Isolasi

Usut punya usut, dirinya diadang karena membawa tas besar yang dikira hasil penjarahan. Maklum, saat kerusuhan berlangsung, banyak pusat perbelanjaan yang jadi lokasi penjarahan.

"Ya namanya pemain kan pasti bawa tas besar. Saat jalan keluar dari stasiun, saya sempat diintrogasi polisi karena dikira bawa barang hasil penjarahan, padahal isinya baju dan sepatu," ungkap Aris kepada Suarasurakarta.id, Selasa (27/7/2021).

Meski demikian, mantan pelatih Persis Solo itu mencoba tenang dan memberikan penjelasan secara rinci kepada aparat yang bertugas.

"Tapi saya jelaskan kalau saya pemain sepak bola dan baru pulang dari Bandung. Akhirnya polisi tahu kalau saya pemain Arseto. Kondisi Solo saat itu memang sudah berantakan," tambahnya.

Jauh sebelum itu, Aris mengakui jika kondisi mencekam sudah terlihat saat laga melawan Pelita Jaya. Menurutnya, situasi sudah tidak kondusif sejak sebelum pertandingan dengan melubernya penonton hingga ke lintasan lari.

"Semua pemain menyelamatkan diri masing-masing, ada yang ke mes. Termasuk saya juga berkeliling cari tempat aman, karena kebetulan saat itu istri sedang hamil," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini