SuaraSurakarta.id - Gunung Lawu jadi salah satu destinasi favorit para pendaki. Gunung yang berada di dua wilayah yakni Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) dan Kabupaten Magetan (Jawa Timur) dinilai banyak orang memiliki nilai eksotisme tersendiri.
Terdapat empat jalur pendakian di Gunung Lawu yang sudah dibuka. Keempat jalur tersebut yakni Cemoro Kandang dan Candi Cetho yang berada di Karanganyar sedangkan di Magetan ada Cemoro Sewu dan Singolangu.
Berbicara pendakian di Gunung Lawu, tentu sudah tak asing dengan sosok Mbok Yem. Ya, dia adalah pemilik Warung Puncak Lawu Argo Dalem yang berada di ketinggian 3.150 Mdpl atau hanya kurang 115 Mdpl saja dari Puncak Gunung Lawu.
Dilansir Solopos.com--jaringan Suara.com, warung Mbok Yem memang menjadi tujuan para pendaki di Gunung Lawu ketika kelaparan, kedinginan, atau membutuhkan berbagai logistik. Bisa dibilang warung sederhana ini sahabat yang sangat membantu para pendaki.
Baca Juga:BPBD Ngawi: 13 Desa di Lereng Gunung Lawu Rawan Tanah Longsor
Mbok Yem sudah lebih dari 30 tahun menghabiskan hidup di gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu. Dia hanya turun gunung sekali dalam setahun, yakni saat Lebaran.
Warung makan Mbok Yem menjual aneka makanan sederhana. Warung yang berjarak tempuh sekitar 30 menit dari puncak Lawu itu selalu ramai dikunjungi pendaki yang kelaparan.
Seperti sudah menjadi tradisi, setiap Lebaran Mbok Yem biasanya turun gunung untuk merayakan Idulfitri bersama keluarga dan samak familinya.
Pada Lebara tahun ini, perempuan bernama lengkap Wakiyem tersebut juga turun gunung untuk merayakan Lebaran. Namun ada yang unik saat Mbok Yem kembali ke tempatnya berjualan.
Mungkin karena usianya uamh sudah senja, saat naik ke puncak Lawu Mbok Yem terpaksa ditandu yamg dibawa oleh beberapa orang.
Baca Juga:Tersesat di Gunung Lawu, Pria Ini Dituntun Burung Jalak hingga ke Puncak
Hal itu pun diketahui lewat unggahan di laman Instagram @urban.hikers. Dalam unggahan tersebut, tampak, video berdurasi singkat itu menampilkan sang pemilik warung mbok Yem yang ditandu layaknya seorang Ratu.
Mengenakan hijab berwarna merah, mbok Yem tampak tengah duduk di atas tandu bambu yang diangkat oleh empat orang pria. Di sisi kiri dan kanan tandunya, tampak juga sejumlah gembolan yang kemungkinan besar berisi perbekalan untuk warungnya.
"Well di masa tuanya, yang bahkan sudah kepayahan buat mendaki, Mbok Yem tetap setia untuk pergi ke warungnya. Jika ditanya alasannya, ya mungkin "karena inilah yang bisa saya lakukan dan berikan. Selagi bisa, saya tetap ingin berusaha dan berdagang di atas sana." Well, apapun, saya rasa kita wajib untuk mendoakan kesehatan si Mbok," demikian antara lain caption dalam unggahan tersebut.
"I love you full Mbok Yem, terima kasih sudah menjadi cerita dari Gunung Lawu. Semoga masih ada kesempatan buat kembali ke Lawu dan salim sama si Mbok," imbuhnya.
Jika butuh suplai sembako atau merindukan anaknya, maka Mbok Yem menitip pesan kepada pendaki untuk disampaikan ke petugas di basecamp bawah.