Berita soal kerusakan di jalan Solo-Sragen ini pun ramai dikomentari warganet di fanpage Facebook Solopos.com. Mereka pun merasa prihatin sekaligus geli mengetahui fakta bahwa kerusakan jalan utama itu telah disoroti sejak zaman kompeni.
“Sungguh prihatin. Zaman aku di Sragen tahun 1986 naik sepeda harus mencelat beng blegongan. Ya Allah,” komentar Safira Safira.
“Masaran duwe crito, dalan ora roto,” sambung Baggus Tur Mromgos.
“Kudune nek wes terkenal rusak ki yo geg didandani kok,” imbuh E-lia Aryani.
Baca Juga:Selundupkan Sabu 6 kg di Lampu Sorot, 2 TKI Asal Madura Gagal Pulang
Jalan Sragen Solo ini sudah darri dulu kondang jalur maut. Jalannya sempit dan ramai. Jika musim penghujan banyak lubangnya. Dalam perkembangannya jalur diperlebar dari Palur sampai Masaran. Dulu banyak yang mengira akan diperlebar dan dua arah sampai Sragen, ternyata tidak.
Sebenarnya perbaikan ini sudah sangat terlambat dan membosankan. Hal ini menjadikan pertanda bahwa pembangunan di wilayah ini disepelekan. Padahal jalan ini adalah jalur vital yang sangat diperlukan demi kelancaran ekonomi masyarakat sekitar.