SuaraSurakarta.id - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini lagi giat blusukan ke warga miskin di DKI Jakarta. Hal itu membuat banyak kalangan kebakaran jenggot.
Aksi Risma juga disebut-sebut ingin mengincar jabatan sebagai Gubernur DKI pada Pilkada 2022 mendatang.
Namun, aksi mantan Wali Kota Surabaya itu banyak dicibir oleh kelompok tertentu. Blusukan Risma di Ibu Kota Jakarta dianggap settingan alias drama belaka dan hanya mencari popularitas.
Dilansir dari Hops.id media jaringan Suara.com, akademisi sekaligus pengamat politik, Rocky Gerung menyindir bahwa Mensos Risma memiliki panitia pengumpul pengemis dan pasukan pencitraan. Menurut Rocky aksi itu seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa tahun silam.
Baca Juga:Tanggapi Blusukan Mensos Risma, Roy Suryo Ungkit CCTV: Bisa Mati Ketawa
Melalui akun YouTube pribadinya, Rocky Gerung Official, dia bersama kolumnis Hersubeno Arief diskusi membahas aksi blusukan Mensos Risma yang dianggap salah kaprah.
Dalam kesempatan itu, Rocky mengatakan bahwa Mensos Risma telah merekayasa sebuah informasi kepada publik, demi memenuhi hasrat pencitraan baik kepada dirinya sebagai menteri yang baru diangkat oleh Presiden Jokowi.
Menurut Rocky, Risma sebagai Mensos baru tak memahami seluk-beluk Ibu Kota dan malahan mendapat sebuah informasi yang telah direkayasa oleh suatu pihak.
“Ada informasi yang direkayasa sebelumnya. Ibu Risma pasti dapat informasi direkayasa karena Risma tak kenal Jakarta,” kata Rocky Gerung, Kamis, (7/1/2020).
“Karena pasti disodorkan oleh pengatur laku itu mungkin kamera disiapkan segala macam, karena enggak ada pengemis di Jalan Thamrin, semua warga Jakarta pasti tahu itu. Pengemis itu pasti adanya malam hari, di prapatan-prapatan strategis,” lanjutnya.
Baca Juga:Olok-olok Risma Soal Blusukan, Fadli Zon Diskak Gus Mis
Padahal, kata Rocky, Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta tentunya memahami bahwa di ruas pusat Ibu kota seperti Jalan Sudirman – Thamrin merupakan wilayah penting yang sangat diawasi. Mengingat di ruas jalan ini banyak pejabat penting, seperti Presiden, para Menteri, hingga diplomat dari negara asing yang mondar-mandir.
Oleh sebab itu secara logika, sebenarnya tidak mungkin ada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di wilayah tersebut.
“Mana ada pengemis di Jalan Thamrin, itu dinas sosial tahu persis itu. Karena itu adalah karpet merah buat diplomatic society. Jadi dari segi logika saja sudah enggak mungkin terjadi itu,” ujarnya.
Tiru cara Presiden Jokowi
Lebih lanjut Rocky menilai bahwa aksi yang dilakukan Mensos Risma tersebut merupakan jiplakan alias meniru Jokowi sepuluh tahun silam.
“Maka orang menganggap Risma sekarang punya pasukan pencitraan, jadi konsekuensi dugaan orang artinya, akan dibuat lagi nanti seperti dulu Pak Jokowi. Seolah makan dengan rakyat, ternyata sebenarnya disetting secara sempurna yang sebetulnya itu fake atau dibuat-buat. Jadi betul-betul copy paste dari peristiwa sepuluh tahun lalu,” tuturnya.
Apabila ingin mengatasi kemiskinan di Indonesia, disarankan agar Mensos Risma mengerti dahulu statistik laporan yang ada dunia.
Jangan sampai hanya berharap agar kemiskinan bisa diminimalisir namun dengan hanya melalui pembicaraan kepada masyarkat kurang mampu yang keberadaannya sendiri telah direkayasa.
“Jadi betul-betul copy paste dari peristiwa sepuluh tahun lalu, apa enggak ada cari lain gitu buat menemukan kemiskinan? Kemiskinan itu ditemuinya di statistik, baca laporan dari dunia internasional. Ibu Risma harus baca itu, baru dia bercakap-cakap dengan kemiskinan, bukan dengan nunggu orang miskin yang disodorkan baru mau bercakap,” tandasnya.