SuaraSurakarta.id - Pro dan kontra mewarnai fenomena maraknya pengibaran bendera anime one piece di sejumlah daerah Indonesia.
Sejumlah kepala daerah tidak melarang pengibaran bendera one piece. Meski memperbolehkan namun bendera merah putih harus yang utama.
Ada juga yang melarang dan menuding bahwa itu sebagai makar. Tak heran adanya penurunan bendera dan penghapusan mural one piece.
Uniknya, tiga kepala daerah di Soloraya yang disebut-sebut sebagai 'Orang Jokowi' atau 'Pro-Jokowi' merespon positif terkait meme one piece.
Bupati Sragen Sigit Pamungkas menyambut positif terkait mural maupun bendera seri manga asal Jepang.
Dukungan itu diberikan setelah mural One Piece di Dukuh Ndayu, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang mendadak dihapus.
Dia menganggap para pembuat mural, sama seperti warga negara lainnya, mereka warga yang mencintai Indonesia.
Sebelumnya, Wali Kota Solo Respati Ardi ikut menanggapi soal pengibaran bendera atau atribut dalam serial manga One Piece menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia ke-80 yang viral. Wali kota menyebut bahwa itu keren.
Bupati Boyolali, Agus Irawan, tidak melarang pengibaran bendera One Piece di wilayahnya. Namun, ia meminta masyarakat Boyolali untuk mengibarkan bendera Merah Putih saja dalam peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Baca Juga: Jelang HUT RI ke-80, Satlantas Polresta Solo Bagikan Bendera Merah Putih ke Pengendara di Jalan
Pengamat Komunikasi Politik UNS Solo, Sri Hastjarjo menyebut pemahaman di level pemerintah belum sinkron, belum ada persepsi yang sama.
"Kalau antar pemerintah saja baik pusat atau daerah persepsinya belum sama, apalagi masyarakat umum," ujarnya saat dihubungi Suara.com, Rabu (6/8/2025).
Ketika disinggung kepala daerah yang merespon positif soal itu dikaitkan dekat dengan Jokowi, Hastjarjo menyebut itu tidak juga.
"Halah nggak juga. Itu kebablasan juga, mungkin tidak tahu aturannya, mungkin cara pandangnya ini tidak berbahaya tidak sampaikan dikaitkan ke sana menurut saya," ungkap dia.
Hastjarjo mengatakan jangan sampailah masalah pro kontra baik penjabat maupun kepala daerah terkait pengibaran bendera di politisasi.
"Saya pikir belum ya, kecuali nanti di eskalasi ada orang yang menggoreng dan sebagainya. Itu harus dicegah dengan cara mengedukasi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Respon Titiek Soeharto Saat Sang Ayah Diusulkan Sebagai Pahlawan Nasional
-
Festival Gamelan dan Sinden di Solo, Gaungkan Semangat Pelestarian Budaya Generasi Muda
-
Keraton Solo Dijaga TNI dan Polri, Potensi Gejolak Pengukuhan Penerus PB XIII?
-
Jokowi Ogah Cawe-cawe Soal Penerus PB XIII, Ini Alasannya
-
Kapan Putra Mahkota Keraton Solo Menjadi PB XIV? Anak PB XIII Ungkap Waktunya