Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 21 April 2025 | 09:17 WIB
Ketua HIPMI Solo Wahyu Wibowo (dua dari kanan) melihat koleksi vinyl pada acara Record Store Coming Home Vol 2 di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/4/2025). [ANTARA/Aris Wasita]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo terkenal sebagai pusatnya budaya dan memiliki keaneragaman kreativitas di dalamnya.

Untuk itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berupaya memperkuat Solo, sebagai kota kreatif dengan menyelenggarakan sejumlah kegiatan, salah satunya Record Store Coming Home Vol 2.

Ketua Hipmi Solo Wahyu Adi Wibowo, mengatakan segmentasi ekonomi kreatif lebih fokus.

"Ekonomi kreatif sangat segmented, tren sesuatu yang unik peminatnya long last dan lebih awet dan lebih loyal, baik secara hobi atau kesenangan," kata Wahyu melansir ANTARA, Senin (21/4/2025).

Baca Juga: Satresnarkoba Polresta Solo Sikat Kurir Sabu di Mojosongo, Barang Bukti Siap Edar Disita

Hal itu, termasuk kesenangan orang pada musik dengan perangkat lama, seperti vinyl atau kaset pita, yang justru lebih tersegmentasi.

"Ketika sudah hobi ya mereka lebih suka dengar lewat vinyl atau kaset, ya lebih mantap saja," jelas dia.

Ia mengatakan pasar khusus tersebut potensial untuk dikembangkan.

"Yang sudah senang ya sudah, tinggal kita mengembangkan ke segmen yang lebih besar," paparnya.

Pada kegiatan tersebut, Hipmi memfasilitasi para pelaku UMKM menjual rilisan fisik seperti vinyl, kaset pita, dan CD.

Baca Juga: Dijamin Ngakak! Angkat Kehidupan Kota Solo, Film Komedi 'Cocote Tonggo' Akhirnya Tayang

Terkait dengan kegiatan tersebut, penyelenggara kegiatan, Tamtomo Dondit, mengapresiasi dukungan dari Hipmi Solo.

Ia mengatakan saat ini tren industri musik kembali berubah.

"Saat ini band-band baru itu kembali melirik rilisan fisik seperti kaset pita dan vinyl. Bahkan jika dibandingkan harga rilisan fisik band luar negeri dan dalam negeri kini harganya lebih mahal band dalam negeri. Dengan tren ini para penikmat musik juga berubah, sudah banyak yang berminat mengoleksi rilisan fisik seperti ini," katanya.

Sementara melansir laman Pemkot Solo, sebelumnya Kota Solo juga meraih pencapaian luar biasa dengan masuk ke dalam jajaran 55 kota yang menjadi anggota baru dalam Jaringan Kota Kreatif Dunia versi UNESCO.

Pemkot berhasil masuk setelah dua kali percobaan sebelumnya yang tidak membuahkan hasil sejak tahun 2017.

Keberhasilan Kota Solo dalam meraih status anggota baru dalam Jaringan Kota Kreatif Dunia menandai sebuah tonggak penting bagi pengembangan kreativitas dan seni budaya di wilayah ini.

Pertunjukan wayang orang anak di Solo. [Pemkot Solo]

Salah satu keunikan yang sangat menonjol dari Kota Solo adalah kerajinan tangan (crafts) dan seni rakyat (folk art) yang menjadi ciri khasnya.

Kota ini terkenal dengan berbagai pertunjukan seni, seperti Solo International Performing Arts [SIPA], yang telah meraih perhatian di tingkat internasional.

Seni pertunjukan tradisional, seperti wayang orang, menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Solo yang membedakannya dari kota-kota lainnya.

Keunikannya dalam kesenian tradisional ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat Kota Solo diterima sebagai bagian dari jaringan prestisius UNESCO.

Terpilihnya Kota Solo sebagai UNESCO Creative Cities Network kategori kerajinan dan kesenian rakyat sebenarnya cukup masuk akal.

Mengingat, Kota Solo terkenal dengan berbagai seni pertunjukan dan budaya yang sudah terkenal luas di kalangan wisatawan.

Sebut saja salah satu event tahunan Solo International Performing Arts (SIPA) yang sukses meraih perhatian hingga tingkat internasional.

Selain itu ada beberapa event budaya di Kota Solo yang menarik untuk disaksikan secara langsung, seperti Solo Menari, Solo Batik Carnival, Grebeg Sudiro, hingga Solo Keroncong Festival.

Di sisi lain, terpilihnya Kota Solo sebagai UNESCO Creative Cities Network tidak bisa dipisahkan dari banyaknya tempat menonton seni pertunjukan yang sangat mencerminkan budaya Kota Solo. Mulai dari Taman Budaya Jawa Tengah, Pura Mangkunegaran, Taman Balekambang, hingga paling baru Lokananta.

Hingga saat ini, tempat-tempat tersebut masih rutin menggelar seni pertunjukan guna melestarikan kebudayaan lokal.

Seperti pagelaran wayang orang, kethoprak, sendratari Ramayana, pertunjukan wayang kulit, hingga seni pertunjukan kontemporer.

Load More