Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 15 Januari 2025 | 11:18 WIB
Sejarah Panjang Grebeg Sudiro, Tradisi Imlek Khas Kota Solo

Setiap tahunnya, Grebeg Sudiro mengusung tema berbeda dan mendapat pengakuan sebagai acara tahunan dari Pemerintah Kota Solo.

Selain itu, Grebeg Sudiro juga berhasil memperkenalkan Sudiroprajan kepada masyarakat luas melalui kreativitas warga dalam membuat kerajinan, manik-manik, lampion, dan menyajikan makanan khas Tionghoa. Ini berdampak positif terhadap perekonomian setempat dan semakin mempererat persatuan dalam keragaman.

Kata Grebeg berasal dari tradisi Jawa yang merujuk pada perayaan dan rasa syukur atas peristiwa penting, sementara Sudiro diambil dari nama Kampung Sudiroprajan, yang berada di sekitar Pasar Gede.

Awalnya, Grebeg Sudiro digelar untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede Hardjonagoro. Acara ini melibatkan dua kegiatan utama: sedekah bumi dan kirab budaya.

Baca Juga: Kabar Gembira! KA Tambahan dari Solo Mulai Dioperasikan Akhir Januari

Sedekah bumi adalah ungkapan rasa syukur dari pedagang Pasar Gede dan masyarakat sekitar, sedangkan kirab budaya menampilkan kebersamaan antara etnis Jawa dan Tionghoa dengan tarian tradisional serta pertunjukan Liong dan Barongsai.

Kelurahan Sudiroprajan, yang terletak di Kecamatan Jebres, juga dikenal sebagai Kampung Pecinan, karena banyak dihuni oleh etnis Tionghoa. Wilayah ini meliputi Kampung Kepanjen, Balong, Mijen, Ngampil, Samaan, Ketandan, Limolasan, dan Balong Lengkong, yang semuanya mencerminkan keragaman budaya yang ada di dalam Grebeg Sudiro.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More