SuaraSurakarta.id - Jumlah karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau PT Sritex Sukoharjo dan anak perusahaannya yang di rumahkan terus bertambah.
Data terakhir ada sekitar 3.000 karyawan yang sudah di rumahkan di empat perusahaan dari awal dinyatakan pailit hingga sekarang. Ini disebabkan bahan baku untuk produksi ada yang sudah habis dan menipis.
"Sekitar 3.000-an yang sudah kita rumahkan. Tapi ini secara berkala terus kita review sampai kapan kita bisa bertahan," terang Direktur Utama PT Sritex Tbk Sukoharjo, Iwan Kurniawan saat ditemui, Jumat (20/12/2024).
Iwan menjelaskan kondisi pailit ini membuat ruang gerak perusahaan semakin sempit. Bahkan kurator pun belum bisa memberikan kepastian going concern.
"Nah, going concern yang sebenarnya sangat kita butuhkan untuk bisa memastikan keberlanjutan usaha ini," katanya.
Jumlah karyawan sudah di rumahkan ini tidak hanya di PT Sritex tapi juga di tiga anak perusahaan di Semarang dan Boyolali.
Sekitar 3.000 karyawan yang di rumahkan itu dari jumlah total 20 ribu karyawan di empat perusahaan tersebut.
"Jumlah karyawan yang di rumahkan itu sudah termasuk di anak perusahaan yang di Semarang dan Boyolali. Kalau total jumlah karyawan di empat perusahaan itu ada sekitar 20-an ribu karyawan," ungkap dia.
Menurutnya PT Sritex telah menjalankan amanah dari pemerintah untuk tidak melakukan PHK. Hal ini sebagai upaya yang terus menjadi semangat dan mendorong bagaimana caranya tidak melakukan PHK.
Baca Juga: Bahan Baku PT Sritex Menipis, Jumlah Karyawan yang Dirumahkan Bakal Bertambah
"Tapi dengan kondisi pailit juga mempersulit pergerakan kita. Maka kita berusaha juga dengan berbagai cara bagaimana normalisasi kondisi ini," sambungnya.
Soal pasokan bahan baku, manajemen masih terus berupaya agar pemasokan bahan baku bisa terus masuk. Bahan baku banyak yang impor dari sisi kimia dan harus mencari alternatif.
"Ini menjadi satu PR bagi kita. Harapan kita tidak terganggu dengan segala cara yang telah dilakukan," imbuh dia.
Sementara itu Koordinator Serikat Pekerja Sritex Group, Slamet Kaswanto mengatakan aktivitas produksi masih berlangsung menghabiskan bahan baku.
Tapi bahan baku yang sudah habis otomatis berhenti tidak ada produksi. Karena tidak bisa mendatangkan bahan baku, ada aturan juga dari bea cukai.
"Kalau going concert ini tidak diputuskan maka akan habis semua nanti. Sekitar satu bulan kemungkinan bahan baku akan habis," jelasnya.
Slamet menambahkan yang berhenti itu ada beberapa unit seperti bagian benang, spinning (pemintalan). Karena bahan baku sudah habis sehingga tidak bisa produksi.
"Itu tidak hanya di Sritex tapi juga di anak perusahaan. Kalau bahan baku habis maka berhenti," pungkas dia.
Kontributor : Ari Welianto
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 4.000 Jadi Dibanderol Rp 1.929.000 per Gram
-
Lukisan Borobudur Bersepuh Emas Putih
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
Terkini
-
Gibran Mendadak Tinjau GOR Manahan Solo, Sinyal Siapkan Berbagai Event Besar?
-
Warga Solo yang Ditangkap Usai Disebut Buron Selama 14 Tahun Akhirnya Dibebaskan, Ini Alasannya
-
Immanuel Ebenezer Terjaring OTT KPK, Ini Komentar Jokowi
-
Ungkap Kasus Tindak Pidana Kesehatan dan Psikotropika, Polres Sukoharjo Tangkap Pria Wonogiri
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara