Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 03 Oktober 2024 | 16:55 WIB
Menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh pada Rabu (2/10/2024), puluhan ibu-ibu yang tinggal di Perumahan Acacia Residence, Kertonatan, Kartasura, turut berpartisipasi dalam mensukseskan Hari Batik Nasional dengan kegiatan membatik. [Dok Pribadi]

SuaraSurakarta.id - Menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh pada Rabu (2/10/2024), puluhan ibu-ibu yang tinggal di Perumahan Acacia Residence, Kertonatan, Kartasura, turut berpartisipasi dalam mensukseskan Hari Batik Nasional dengan kegiatan membatik.

Pelatihan membatik tulis para ibu-ibu tersebut dapat berlangsung berkat kerjasama antara tim pengurus dengan Program Studi Kriya Tekstil – Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS.

Pelatihan ini dipandu langsung oleh Rudianto, dosen Kriya Seni/Tekstil bersama dua mahasiswanya, yang secara bertahap mengenalkan teknik dasar membatik.

Dalam kegiatan ini, Rudianto menjelaskan bahwa batik adalah seni tradisional berupa teknik rintang warna dengan malam panas sebagai perintangnya.

Baca Juga: Perlu Pendekatan Budaya Hukum dan Mediasi Dalam Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas

"Kami mengenalkan proses membatik, mulai dari teori hingga praktik langsung. Kami menyampaikan materi kepada ibu-ibu bagaimana cara membedakan batik asli dengan tekstil printing, serta mencoba langsung membuat batik cap, batik tulis, dan pewarnaan sintetis dengan pewarna napthol," jelas Rudianto, Kamis (3/10/2024).

Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan batik secara mendalam, tidak hanya sebagai kain, tetapi juga sebagai sebuah proses seni yang memerlukan kesabaran dan ketelitian.

"Dengan memahami prosesnya, pelatihan ini diharapkan para ibu-ibu bisa lebih mudah mengenali batik asli dan mengapresiasi kerja keras di balik pembuatannya," tambah Rudianto.

Sementara itu, Tyas Sidiq salah satu perwakilan dari ibu-ibu Acacia Residence mengaku sangat senang dan antusias mengikuti pelatihan ini.

"Wah, seru banget! Meskipun cuma belajar dasar-dasarnya, rasanya luar biasa. Ternyata membatik itu butuh kesabaran ekstra, apalagi kalau mau hasil yang sempurna. Tapi ini pengalaman berharga dan bisa memotivasi kita untuk berbisnis batik suatu hari nanti," tuturnya sambil tersenyum.

Baca Juga: Srawung Ben Ra Suwung: 'Kampung Kok Dilawan', Merawat Keakraban di Tengah Kebisingan Kota

Tyas juga menambahkan, bahwa praktek dasar cara membatik ini adalah pertama kalinya dia lakukan bersama teman-teman lainnya.

"Kami berharap ke depannya ada lagi pelatihan-pelatihan seperti ini, biar ibu-ibu di sini jadi lebih kreatif dan mungkin bisa jadi pengusaha batik. Solo kan memang terkenal dengan batiknya, jadi semoga ini bisa jadi langkah awal buat kita untuk berkarya dan kelak bisa menjadi sumber penghasilan," paparnya dengan penuh harap bisa membatik secara profesional.

Load More