Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 11 Juli 2024 | 08:22 WIB
Ketua Dewan Pembina Yayasan Diwa Diah Warih Anjari berkunjung ke Sendang Mbah Melek di Solo, Jawa Tengah, Rabu (10/7/2024). [ANTARA/Aris Wasita]

SuaraSurakarta.id - Tahun baru hijriah atau dikenal sebagai sura memiliki arti penting bagi masyarakat yang ada di Kota Solo. Bahkan, beragam tradisi pun masih dilakukan hingga sekarang.

Salah satunya adalah Tradisi Merti atau bersih-bersih. Masyarakat di Kota Solo, tepatnya di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari masih mempertahankan tradisi Merti Desa di tengah modernisasi.

Salah satu tokoh masyarakat yang juga panitia kegiatan Merti Desa Heru Suryono mengatakan acara tersebut diselenggarakan setiap bulan Sura sebagai upaya pelestarian kearifan lokal dengan menggelar tradisi bersih desa di Sendang Mbah Meyek.

"Kami ingin menghormati cikal bakal kampung sekaligus perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT," katanya dikutip dari ANTARA pada di Solo, pada Kamis (11/7/2024). 

Baca Juga: Masuk Bursa Calon Wali Kota Solo, Ketua Kadin Solo Akui Ada Parpol yang Merapat

Ia mengatakan rangkaian kegiatan tradisi bersih desa di Sendang Mbah Meyek yang akan dilaksanakan pada Kamis (11/7) tersebut diawali dengan caos dhahar. Selanjutnya, masyarakat menguras Sendang Mbah Meyek dan sumur Mbah Bandung pada pukul 07.00 WIB.

"Selanjutnya, kirab budaya dilaksanakan dengan mengelilingi wilayah Kampung Bibis Kulon. Seusai acara kirab budaya, rangkaian tradisi bersih desa Mbah Meyek dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit pada malam hari," paparnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Diwa Diah Warih Anjari yang juga terlibat untuk mendukung kegiatan tersebut mengatakan kegiatan budaya bersih desa ini bisa menjadi potensi wisata lokal hingga regional. Apalagi jika kegiatan digarap dengan serius.

"Tidak hanya nguri-uri dan melestarikan warisan nenek moyang tetapi Merti Desa Bibis Kulon ini juga bisa meningkatkan pendapatan warga dan tentunya menyumbang pendapatan asli daerah (PAD)," katanya.

Menurut dia, kegiatan Merti Desa Bibis Kulon tersebut merupakan salah satu kearifan lokal yang masih tersisa di tengah-tengah Kota Surakarta.

Baca Juga: Kontroversi Festival Kuliner Non-Halal di Solo Paragon, Akhirnya Dihentikan Sementara

"Merti Desa Bibis Kulon sudah dipertahankan sedemikian rupa oleh para penerus generasi di kampung ini. Kebetulan Yayasan Diwa berada di tengah-tengah kampung Bibis Kulon, sehingga kami peduli dan wajib menjaga dan mempertahankan tradisi budaya ini," katanya.

Ia juga berharap ke depan bisa membawa tradisi budaya tersebut ke tingkat regional, nasional, dan internasional. 

Load More