SuaraSurakarta.id - Kerajaan Mataram Islam mulai eksis pada tahun 1586 yang didirikan oleh Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati. Ia menjadi raja pertama Mataram Islam yang memiliki keraton di Kotagede, Yogyakarta. Sejak itulah terdapat tujuh keraton Mataram Islam.
Di antaranya adalah Keraton Kotagede, Kerto, Pleret, Kertasura, Surakarta, Ambarketawang, dan Yogyakarta. Dari tujuh keraton tersebut, lima di antaranya sudah runtuh bahkan ada yang rata dengan tanah. Berikut ini adalah 5 keraton Mataram Islam yang telah runtuh tersebut.
1. Keraton Kotagede
Kotagede ini adalah keraton pertama pada awal berdirinya Mataram Islam yang merupakan tanah perdikan berupa Alas Mentaok pemberian Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan pada 1556. Tanah tersebut diberikan pada putranya Danag Sutawijaya alias Panembahan Senopati.
Baca Juga: Sejarah Panjang Mataram, Awal Berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta
Ia kemudian mengembangkan kadipaten menjadi kerajaan dan membangun Benteng Baluwarti dan Cepuri. Baru pada tahun 1586, Panembahan Senopati memproklamasikan Mataram sebagai kerajaan. Wafatnya Sultan Hadiwijaya (1587) memantapkan Mataram sebagai kerajaan penerus Pajang.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, yakni raja ketiga Kerajaan Mataram dibangun di beberapa tempat, karena menilai Kotagede sudah terlalu kecil. Ia membangun keraton di Kerto, Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada tahun 1616. Sejak itu, Kotagede ditinggalkan dan tidak terurus hingga runtuh.
2. Keraton Kerto
Keraton ini menjadi pusat kepemimpinan Sultan Agung. Keraton ini lebih luas dibandingkan dengan Keraton Kotagede. Sepeninggal Sultan Agung, raja Mataram selanjutnya, Amangkurat I membangun keraton baru, yakni Keraton Pleret yang tidak jauh dari Keraton Kerto.
Keraton Pleret diketahui lebih megah. Bahan bangunan dari Keraton Kerto diambil untuk membangun keraton yang satu ini. Setelah ditinggalkan, Keraton Kerto menjadi tidak terurus. Akibatnya, seiring berjalannya waktu, keraton Pleret rata dengan tanah dan menjadi pemukiman penduduk.
Baca Juga: Marak Alih Fungsi Cagar Budaya, Forum Budaya Mataram Nilai Pemerintah Kurang Beri Perhatian
3. Keraton Pleret
Keraton yang dirancang untuk Amangkurat I ini sangat megah. Bahkan, keraton ini dilengkapi dengan tempat pemandian yang luas dan laut buatan yang disebut Segara Yasa. Namun, kekuasaan Amangkurat I diwarnai dengan berbagai konflik. Bahkan, ia memiliki hubungan panas dengan putra mahkota, Raden Mas Rahmat.
Raden Mas Rahmat ini kemudian menjadi Amangkurat II penerus kerajaan Mataram Islam. Ia yang kecewa dengan sang ayah, bekerja sama dengan Raden Trunojoyo dari Madura untuk menyerang Keraton Pleret.
Setelah berhasil menjarah harta bendanya, Keraton Pleret kemudian dibakar oleh pasukan Raden Trunojoyo. Raden Mas Rahmat yang kemudian meneruskan tahta sang ayah enggan menggunakan Keraton Pleret.
Amangkurat II ini kemudian membangun membangun dan memindahkan Kerajaan Mataram ke Keraton Kartasura. Sejak itu, Keraton Pleret tidak terurus dan rata dengan tanah di Bantul, Yogyakarta.
4. Keraton Kartasura
Pada 1680, pusat Kerajaan Mataram dipindahkan ke Kartasura. Setelah wafat, Amangkurat II digantikan oleh putranya, Raden Mas Sutikno yang bergelar Amangkurat III. Namun, pemerintahannya hanya bertahan dua tahun.
Posisinya direbut oleh pamannya sendiri, Pangeran Puger yang bergelar Pakubuwuono I. Pada tahun 1719 Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Raden Mas Surya Putra yang bergelar Amangkurat IV. Selanjutnya, sepeninggal Amangkurat IV, pada 1726 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sunan Pakubuwono II.
Pada masa kepemimpinan Pakubuwono II inilah Kartasura mengalami kehancuran, sehingga pada tahun 1742 keraton Kartasura diserang oleh cucu Amangkurat III, yakni Sunan Kuning yang didukung pasukan etnis China. Peristiwa tersebut yang kemudian dikenal sebagai Geger Pacinan.
Karena sempat diduduki musuh, Pakubuwono II menganggap tempat tersebut sudah tidak ada wahyunya. Karena itu, ia memindahkan keraton ke Sala alias Solo yang kemudian menjadi menjadi Kasunanan Surakarta.
5. Keraton Ambarketawang
Pada masa pemerintahan Pakubuwono II, terjadi pemberontakan oleh adiknya, Pangeran Mangkubumi, dan keponakannya, Pangeran Sambernyawa. Sebab, Mataram terlalu dikuasai oleh VOC Belanda.
Perang saudara ini terus terjadi dan berlarut-larut. Konflik kemudian diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 1755. Perjanjian itu mengatakan bahwa Mataram dibagi menjadi dua. Sejak itu Pangeran Mangkubumi berkuasa dan bergelar Sultan Hamengkubuwono I dan berkuasa di Mataram Barat..
Namun, karena belum memiliki keraton, ia menempati Pesanggrahan di Ambarketawang sebagai keraton sementara. Kemudian dibangunlah keraton di bekas Pesanggrahan Garjitowati. Karena itu, pada tahun 1756, Hamengkubuwono I pindah ke keraton baru.
Itulah yang kemudian menjadi keraton Kesultanan Yogyakarta. Sementara, Keraton Ambarketawang yang ditinggalkan menjadi tak terurus dan runtuh. Bahkan, kini keraton tersebut hanya menyisakan benteng yang sudah rusak.
Nah, itulah lima keraton yang runtuh karena tak terurus jadi cagar budaya berjalannya Kerajaan Mataram Islam.
Berita Terkait
-
Menakar Efektivitas Lembaga Pengurus PMI di Kabinet Prabowo : Solusi Atau Bagi-bagi Jabatan?
-
Hasil Liga 2: Rafinha Menggila, PSIM Yogyakarta Gilas Adhyaksa Farmel 3-0
-
Dicibir Bahlil Kala Munas Golkar, Ini Sosok 'Real' Raja Jawa Leluhur Sri Sultan Hamengku Buwono
-
Kelewatan! Seorang Ayah Di Mataram Tega Cabuli Putri Kandung Sejak Masih SMP
-
Kedatangan Kiper Kelahiran Mataram Bikin Como 1907 Semakin Bernuansa Indonesia
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Urban Fashion 2024: Hadinata Batik Tampilkan Batik yang Instagramable
-
Sederet Kiai NU Jateng Ramai-ramai Temui Jokowi di Solo Jelang Coblosan, Ini yang Dibahas
-
5 Alasan Kenapa Kamu Harus Nyoblos di Pilkada Serentak 2024!
-
Gojek Permudah Mobilitas Warga Solo dengan Shelter Mangkunegaran
-
Bekuk Pelaku Penyalahgunaan Narkoba, Polres Sukoharjo Sita Barang Bukti 103,53 Gram Sabu