Pada 1680, pusat Kerajaan Mataram dipindahkan ke Kartasura. Setelah wafat, Amangkurat II digantikan oleh putranya, Raden Mas Sutikno yang bergelar Amangkurat III. Namun, pemerintahannya hanya bertahan dua tahun.
Posisinya direbut oleh pamannya sendiri, Pangeran Puger yang bergelar Pakubuwuono I. Pada tahun 1719 Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Raden Mas Surya Putra yang bergelar Amangkurat IV. Selanjutnya, sepeninggal Amangkurat IV, pada 1726 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sunan Pakubuwono II.
Pada masa kepemimpinan Pakubuwono II inilah Kartasura mengalami kehancuran, sehingga pada tahun 1742 keraton Kartasura diserang oleh cucu Amangkurat III, yakni Sunan Kuning yang didukung pasukan etnis China. Peristiwa tersebut yang kemudian dikenal sebagai Geger Pacinan.
Karena sempat diduduki musuh, Pakubuwono II menganggap tempat tersebut sudah tidak ada wahyunya. Karena itu, ia memindahkan keraton ke Sala alias Solo yang kemudian menjadi menjadi Kasunanan Surakarta.
5. Keraton Ambarketawang
Pada masa pemerintahan Pakubuwono II, terjadi pemberontakan oleh adiknya, Pangeran Mangkubumi, dan keponakannya, Pangeran Sambernyawa. Sebab, Mataram terlalu dikuasai oleh VOC Belanda.
Perang saudara ini terus terjadi dan berlarut-larut. Konflik kemudian diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 1755. Perjanjian itu mengatakan bahwa Mataram dibagi menjadi dua. Sejak itu Pangeran Mangkubumi berkuasa dan bergelar Sultan Hamengkubuwono I dan berkuasa di Mataram Barat..
Namun, karena belum memiliki keraton, ia menempati Pesanggrahan di Ambarketawang sebagai keraton sementara. Kemudian dibangunlah keraton di bekas Pesanggrahan Garjitowati. Karena itu, pada tahun 1756, Hamengkubuwono I pindah ke keraton baru.
Itulah yang kemudian menjadi keraton Kesultanan Yogyakarta. Sementara, Keraton Ambarketawang yang ditinggalkan menjadi tak terurus dan runtuh. Bahkan, kini keraton tersebut hanya menyisakan benteng yang sudah rusak.
Baca Juga: Sejarah Panjang Mataram, Awal Berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta
Nah, itulah lima keraton yang runtuh karena tak terurus jadi cagar budaya berjalannya Kerajaan Mataram Islam.
Berita Terkait
-
Kisah Ki Ageng Mangir Sang Penantang Raja Mataram yang Tewas karena Tipu Daya Panembahan Senopati
-
Kisah Tumenggung Endranata, Penghianat Mataram yang Diinjak-Injak Sampai Kiamat di Kompleks Makam Raja Yogyakarta
-
Batu di Pantai Parangkusumo Yogyakarta yang Jadi Saksi Pertemuan Panembahan Senopati dan Ratu Kidul
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Kabel di Solo Semrawut, Fraksi PDIP Dorong Pemkot Lanjutkan Program Bawah Tanah
-
Wakil Wali Kota Solo Ungkap Kondisi Anak PAUD yang Dipotong Alat Vitalnya
-
Kejagung Limpahkan Kasus Bos PT Sritex dan 2 Petinggi Bank ke Kejari Solo
-
Maggot Masuk Desa Jati Sukoharjo, Solusi Sampah Sekaligus Sumber Cuan
-
Penggugat Citizen Lawsuit Ijazah Jokowi Minta Majelis Hakim Diganti, Pengadilan Angkat Bicara