Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 19 Oktober 2022 | 19:41 WIB
Jembatan Sasak di Desa Plumbon Sukoharjo yang menghubungkan Kelurahan Mojo Kota Solo putus, Rabu (19/10/2022). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Dua jembatan sasak di atas Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan wilayah Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo putus dan hanyut, Rabu (19/10/2022) sore.

Dua jembatan tersebut berada di Desa Plumbon dan Desa Gadingan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dua jembatan itu menghubungkan Kelurahan Mojo dan Kelurahan Sangkrah di Kota Solo. 

Jembatan tersebut putus dan hanyut dampak dari volume Sungai Bengawan Solo yang tinggi setelah hujan yang mengguyur wilayah Soloraya. 

Dari video yang beredar, tampak sejumlah warga tengah berada di atas jembatan. Mereka berusaha lari ke tepi lantaran jembatan yang terbuat dari bambu itu hanyut. Ada juga warga yang gagal menepi dan terbawa arus sungai. 

Baca Juga: Hujan Deras, Ruas Jalan di Gatsu Barat Denpasar Jebol

"Dari tiga jembatan sasak, dua diantaranya putus dan hanyut. Kejadiannya sore tadi," ujar salah satu relawan, Purnomo saat dikonfirmasi, Rabu (19/10/2022).

Menurutnya, saat dapat informasi lewat grup relawan langsung menuju lokasi untuk mengecek kondisinya. Beruntung tidak ada korban dari kejadian tersebut. 

"Tidak ada korban. Saya langsung menuju lokasi saat dapat kabar," katanya.

Diakuinya, jika volume Sungai Bengawan Solo tinggi dan alirannya deras. Kondisi itu membuat sampah hanyut dan tertahan di jembatan tersebut.

"Volumenya memang tinggi sejak hujan deras turun sore tadi. Ada peningkatan cukup lumayan dan membawa sampah," sambung dia.

Baca Juga: Tiga Rumah di Bandung Barat Rusak Akibat Pergerakan Tanah, Belasan Lainnya Terancam

Sementara itu Kapolsek Mojolaban, AKP Tarto membenarkan adanya kejadian dua jembatan sasak putus dan hanyut.

"Itu kan ada tiga jembatan, tapi setelah dicek ke lapangan dua jembatan putus dan hanyut. Kami mendapat laporan itu sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung ke lokasi mengecek, nihil korban," terangnya.

Sebenarnya dari awal sudah disampaikan dan menghimbau agar pengoperasionalannya memperhatikan cuaca dan jangan sampai lengah.

Kalau debit air tinggi agar segera ditutup dan tidak ada kegiatan perlintasan. 

"Jembatan sasak itu sebenarnya tidak layak untuk dipakai menyeberang. Dari awal sudah disampaikan dan menghimbau agar pengelola memperhatikan cuaca saat mau membuka," papar dia.

Pasca peristiwa tersebut, pihaknya langsung mengumpulkan pengelola pembangunan jembatan sesek bersama dengan Forkompincam.

Kontributor : Ari Welianto

Load More