Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 27 September 2022 | 08:29 WIB
Suasana antrian menuju jembatan sasak dari bambupenghubung antara Desa Gadingan, Mojolaban dengan Kampung Sewu, Solo, Senin (26/9/2022). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Dampak ditutup totalnya Jembatan Jurug dan Jembatan Mojo membuat jembatan sasak dari bambu di atas Sungai Bengawan Solo menjadi pilihan bagi warga.

Ratusan pengendara pun harus antre, baik di wilayah Solo atau Sukoharjo untuk menyeberang. Karena untuk menyeberang harus bergantian, itu harus beberapa kendaraan.

Informasi yang diterima mulai ramai sejak Jembatan Mojo, Senin (26/9/2022) sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, antre panjang mulai terjadi saat waktu pulang kerja dan sekolah sekitar pukul 15.00 WIB.

Pantauan di lapangan, petugas dari TNI/Polri, Linmas dan warga sekitar ikut memantau dan mengatur agar tidak ada yang saling mendahului.

Baca Juga: Unik! Ada Tempat Istirahat Copet di Kawasan CFD Solo, Bikin Jera Para Pencopet

Tak sedikit pengendara yang takut menyeberang jembatan sasak. Mereka yang takut pun dibantu petugas yang jaga dari warga sekitar dan diseberangkan.

Mereka pun menunggu lama bisa menyeberang jembatan sasak. Rata-rata mereka harus menunggu 30 menit hingga 1 jam. 

"Sudah menunggu 1 jam. Tadi datang jam 4, ternyata sudah ramai," ujar salah satu pengendara, Lusi, saat ditemui, Senin (26/9/2022) petang.

Untuk berangkat dan pulang kerja di Semanggi biasanya lewat Jembatan Mojo. Perjalanan biasanya hanya 10-15 menit, tapi ini sampai 1 jam.

"Keburu anaknya nangis mas. Nunggu lama banget," kata warga Bekonang ini.

Baca Juga: Ledakan di Asrama Polisi Sukoharjo Sebab Kelalaian Anggota, Bukan Aksi Teroris

Pengendara lain, Ima mengatakan kalau harus antre seperti ini mending besok cari jalan alternatif lain.

"Baru pertama kali ini lewat sini. Tapi malah antre panjang, tadi tiba sini jam 4," sambung dia.

Ia mengaku takut lewat jembatan sasak dan bahaya juga. Tapi mau tidak mau haris lewat jembatan sasak tersebut.

"Ini coba dulu, mungkin besok cari jalan lain. Takut dan pastinya bahaya," ucapnya.

Sementara itu Kapolsek Mojolaban, AKP Tarto mengatakan pasca penutupan Jembatan Mojo jam 10.15 WIB pengguna jalan yang lewat jembatan sasak meningkat 100 persen.

Mereka rata-rata pengendara yang tidak mau memutar melalui Jembatan Jurug C atau jalan ciu Telukan. Sehingga mereka memilih jalan alternatif jembatan sasak ini.

"Hari-hari berikutnya pasti akan lebih meningkat lagi. karena terbukti luar biasa setelah ditutup antrian sampai satu kilometer," papar dia.

Kapolsek menambahkan, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang melintas jembatan sasak. Diharapkan  pihak pengelola mengutamakan keselamatan, maka antrian tetap terjaga, baik dari antrian sisi timur maupun barat. 

"Kalau debit air naik kita sarankan untuk ditutup. Dari segi pengamanan baik tambang yang digunakan untuk merancang jembatan tidak memadai," tandasnya.

Terpisah pengelola Jembatan Sasak, Bagong, mengatakan jika operasi jembatan Sasak hingga pukul 21.00 WIB.

"Jembatan ini baru dibuat sekitar satu bulan lalu. Awalnya hanya satu jembatan Sasak, tapi ini kita buat satu jembatan lagi," ungkap dia.

Untuk menyeberang jembatan sasak ditarik retribusi ditarik Rp 2.000 "Per kendaraan retribusi hanya Rp2.000," jelasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More