Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 06 April 2022 | 15:11 WIB
Yoga Adi Pamungkas (29) yang berada di kandang tikus yang dibudidaya. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Sebagian besar orang tentu takut, jijik dan geli dengan keberadaan hewan tikus

Bahkan, tikus menjadi musuh para petani, karena merusak tanaman. Tidak hanya itu juga sangat mengganggu di dalam rumah.

Tapi bagi warga Jalan Menur RT 03 RW 12 Purwosari, Solo, Yoga Adi Pamungkas (29) ini. Tikus malah bisa menjadi sumber rezeki.

Karena ada ratusan tikus dari berbagai jenis yang diternak atau dibudidaya.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Kota Solo Hari Ini 6 April 2022, Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa

Ditangan Yoga, tikus dibudidaya dipakai untuk penelitian, umpan mancing atau buat makan reptil. Ada juga yang dipelihara seperti hamster. 

"Ada tiga tikus yang saya budidaya. Mus Musculus atau mencit, Rattus Norvegicus, dan African Soft Furred," ujar Yoga saat ditemui, Rabu (6/4/2022).

Yoga mulai menekuni budidaya tikus putih ini sejak tiga tahun lalu. Awalnya, Yoga adalah petugas parkir di salah satu kopi shop di Solo selama kurang lebih tiga tahun.

Diceritakan, terjun untuk budidaya tikus sebenarnya tidak sengaja dan hasil ngobrol dengan teman keturunan Tionghoa yang juga penyuka reptil.

Hampir setiap malam menemani dan ngobrol berbagai hal, salah satu soal usaha. 

Baca Juga: Sambut Ramadhan, Pasoepati Pasar Kliwon Turun ke Jalan Berbagi Ratusan Takjil

"Saya tanya ke teman, enaknya usaha apa ya, yang modalnya sedikit tapi bisa bertahan dan muter terus. Teman saya usul cacing saja, karena cacing laku buat mancing dan bisa buat pupuk," katanya.

"Terus saya mikir, tempatnya tidak ada dan butuh tempat banyak pastinya. Saya pun kurang minat," imbuh dia. 

Menurutnya, temannya tidak sengaja membeli tikus ditandu dan buat stok makan reptil. Kebetulan tikusnya itu beranak dan jumlahnya jadi banyak, terus dijual ke Pasar Depok.

"Terus saya gali-gali informasi soal itu ke teman. Ternyata menarik dan lama-lama tertarik, akhirnya mencoba," sambungnya.

Bersama teman-temannya mencoba budidaya tikus, untuk modal itu dulu patungan masing-masing Rp700 ribu. 

Modal itu untuk membuat kandang seadanya, bahan-bahannya juga seadanya. Berjalannya waktu hingga sekarang itu uangnya muter dan  lancar terus untuk pengembangan dan promosi.

"Dulu posting di medsos itu tiap hari. Sekarang banyak dikenal masyarakat, tidak hanya dari Solo tapi berbagai daerah juga," terang dia.

Awalnya dulu itu budidaya tikus hanya untuk umpan dan pakan reptil. Tapi lama-lama ada yang beli untuk penelitian dan kebanyakan itu dari mahasiswa. 

"Dulu tidak gagas buat penelitian, ternyata ada yang beli buat penelitian. Awalnya fokus buat pakan reptil, karena kebutuhannya itu banyak," ucapnya.

Untuk tikus, diambil dari Sawit (Boyolali), Deles (Klaten), dan Tanjung Minang (Riau). Saat ini ada ratusan dari tiga jenis yang sedang dibudidaya.

Terkait penjualan, satu ekor tikus anakan tikus harga mulai Rp 2.500 per ekor, harga akan naik jika ukuran dan beratnya bertambah.

Sementara untuk ukuran medium dan dewasa, harga mulai dari Rp 4.500-15.000 per ekor.

Kalau tikus untuk penelitian harganya berbeda, yakni tiga kali lipat dari pakan. Karena itu sudah seleksi, kalau mencit kisaran harga mulai Rp 10.000 hingga Rp 15.000. 

"Satu bulan itu, laba bersih bisa mencapai Rp 8 juta. Peminatnya dari berbagai daerah, paling sering dari Jakarta dan Bogor," tandas dia.

Ditambahkan, untuk cara budidaya sangat mudah dan sama saja. Satu box itu diisi, satu jantan dan empat betina. 

Untuk masa kawin itu buat African Soft Furred diusia 2,5 bulan dengan berat sekitar 55-60 gram. Setelah kawin masa hamilnya itu 2-3 minggu. Itu minimal anaknya mencapai 14 ekor buat satu betina.

Untuk kandang cukup menggunakan box plastik yang disusun lemari yang terbuat dari besi ringan dan ditutup jaring kawat. 

Kebersihan kandang harus dijaga, satu minggu sekali minimal harus diganti. Untuk suhu itu paling tidak 26-30 derajat, di bawah dan di atas itu kurang baik. 

Untuk pakan pakai BF-1 dan biasanya dicampur pakai kangkung. Ketersediaan air minum juga jangan sampai terlewatkan. Karena jika tikus mengalami dehidrasi, bisa menyebabkan kematian. 

"Sejauh ini tidak ada kendala, cuma pintar-pintarnya baca siklus saja," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More