Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 16 Februari 2022 | 17:35 WIB
Bekas pabrik es Sari Petojo yang sekarang jadi sebuah hotel. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo dulu pada masa kekuasaan Hindia Belanda pernah memiliki pabrik es yang terkenal. Pabrik es tersebut bernama Pabrik Es Sari Petojo, di mana lokasi daerah Purwosari Kecamatan Laweyan.

Hanya saja sekarang, bangunan pabrik es Sari Petojo sudah tidak ada. Karena sudah menjadi bangunan semua hotel dan pusat perbelanjaan.

Konon, pabrik es Sari Petojo dibangun sekitar tahun 1888 yang diinisiasi oleh Solosche Ljsen Maatrscappij di Poerwsarweg (Purwosari).

"Belanda mendirikan Pabrik es Sari Petojo pada 1888. Belum ditemukan secara pasti nama Sari Petojo dipakai untuk menamai Pabrik Es Sari Petojo," ujar pemerhati sejarah Solo, KRMT Nuky Mahendranata Nagoro, Rabu (16/2/2022).

Baca Juga: Dituduh Hilangkan Separuh Pulau di Riau, Perusahaan Penambang Pasir Minta Keadilan ke Jokowi

Kanjeng Nuky mengatakan, tidak disebutkan bagaimana mengolah es tanpa listrik. Ini mengingat Solo baru dialiri listrik pada tahun 1902 atas inisiatif Paku Buwono (PB) X dan Mangkunegara VI.

Bersamaan dengan itu, lanjut dia, pengusaha Sie Dhian Ho dan Tuan Watsch ikut mendirikan pabrik es yang lokasinya di Purwosari juga. 

"Solo baru dialiri listrik pada 1902. Jadi tidak disebutkan bagaimana mengolah es tanpa listrik," ungkapnya.

Kanjeng Nuky menjelaskan, pada 16 November 1846 di Batavia merapatnya sebuah kapal dari Boston, Amerika. Di mana kapal tersebut mengangkut bongkahan benda layaknya kristal yang mengeluarkan asap. 

"Orang-orang Betawi merasa heran merasakan dinginnya sebuah benda yang mirip batu permata yang berasap," katanya.

Baca Juga: 4 Fakta Dorce Gamalama Sakit, Minta Bantuan Jokowi, Hingga Meninggal Dunia

Tidak ada data yang menyebutkan bagaimana benda tersebut bisa sampai ke Batavia dengan masih berwujud bongkahan. Padahal kapal tersebut berangkat dari Boston, Amerika pada 28 Juli 1847.

Load More