Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 09 Februari 2022 | 15:31 WIB
Sejumlah pedagang yang melakukan aktivitas jual beli di pinggir jalan berpontensi terjadi kerumunan di depan Pasar Klitikan Notoharjo Mojo Pasar Kliwon Solo, Jateng, Minggu (4/7/2021). Wilayah itu dulunya terkenal dengan sebutan Silir yang menjadi lokasi mangkalnya PSK di sisi selatan Kota Solo. [Foto dok ANTARA]

SuaraSurakarta.id - Kawasan Silir yang berada di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo dulu terkenal sebagai tempat lokalisasi pekerja seks komersial (PSK).

Banyak orang-orang dari luar kota yang datang ke kawasan Silir. Stigma negatif melekat selama puluhan tahun bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Silir.

Kalau menyebut dan mendengar kawasan Silir pasti pikirannya langsung tertuju pada lokalisasi. 

Kini kawasan Silir telah berubah dan menjadi salah satu kawasan perekonomian di Kota Solo. Pada masa pemerintahan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) kawasan lokalisasi Silir ditutup.

Baca Juga: Telah Lewati Gelombang Kedua Covid-19, Tahun Ini Ekonomi Indonesia Diprediksi Mulai Rebound

"Kawasan Silir itu dulu memang menjadi kawasan lokalisasi. Dulu Kawasan Silir itu masuknya Kelurahan Semanggi, setelah pemekaran masuk Kelurahan Mojo," ujar Tokoh Masyarakat Kelurahan Mojo, Ekya Sih Hanto, Rabu (9/2/2022).

Menurutnya, semua orang pasti tahu kawasan Silir itu dulu sebagai lokalisasi. Kawasan Silir ini sudah terkenal daerah-daerah di luar Kota Solo.

Keberadaan lokalisasi Silir itu sudah ada cukup lama dan mungkin sudah turun temurun.

"Jadi lokalisasi Silir sudah lama sekali, saya belum lahir saja sudah ada. Pastinya sejak kapan saya kurang tahu persis," katanya.

Dulu itu yang berada di lokalisasi Silir kebanyakan dari luar Solo, kemudian lama-lama menetap di sini. Kalau dari
wilayah Solo ada tapi tidak begitu banyak.

Baca Juga: Sandiaga Uno Dinilai Punya Peluang Maju di Pilpres 2024, Asalkan Penuhi Hal Ini

Kawasan Silir itu dulunya hanya satu RT, di RT 1 RW 7 Semanggi. Lokasinya itu luas mulai yang sekarang menjadi RSUD Bung Karno, kemudian sekarang Masjid MUI sampai tanggul Sungai Bengawan Solo sebelah barat.

"Lokasinya luas sekali dan jadi satu RT. Kebanyakan pendatang memang, mungkin ada germonya yang bawa dari daerah lain," sambung dia yang juga anggota DPRD Solo ini.

Sebagai masyarakat asli Semanggi, sempat risih dengan adanya lokalisasi Silir. Kadang kala ketika berkenalan dengan seseorang ditanya rumahnya mana, lalu dijawab Silir, Semanggi.

"Pasti dijawab Silir yang tempat lokalisasi. Cap itu dulu selalu melekat, kata Semanggi maka melekat kata Silir. Maka saksi sosial secara tidak langsung itu pasti tertanam pada warga-warga Semanggi waktu itu," jelasnya.

Ditutup

Pada era pemerintahan Wali Kota Jokowi lokalisasi Silir ditutup dan sudah berubah. Tidak hanya ditutup, tapi Wali Kota Jokowi juga melakukan penataan dengan membangun fasilitas publik.

Load More