SuaraSurakarta.id - Didalam komplek Masjid Agung Solo terdapat sebuah kampung. Kampung yang ditempati sekitar 20 Kepala Keluarga (KK) ini bernama Kampung Gedang Selirang.
Kampung Gedang Selirang masuk di RT 3 RW 2 Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Lokasinya itu sisi kiri atau sebelah utara masjid.
Kampung Gedang Selirang merupakan kampung yang diperuntukan bagi abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta yang bertugas mengurusi Masjid Agung.
"Ini kampung bagi marbot atau yang mengurusi Masjid Agung. Sudah ada sejak dibangunnya Masjid Agung," ujar warga Kampung Gedang Selirang, Muh. Alif saat ditemui, Minggu (6/2/2022).
Menurutnya, dulu pada masa Keraton Kasunanan Surakarta ada abdi dalem yang tugasnya itu mengurusi masjid dan rumah mereka jauh-jauh.
Kemudian pihak keraton membangun rumah tinggal untuk para abdi dalem yang bertugas mengurusi masjid. Yang tinggal di sana turun temurun hingga saat ini, jadi harus yang mengurusi masjid.
"Daripada mereka pulang ke desa-desa, maka dibuatkan tempat oleh keraton. Jadi yang tinggal disini bukan asli Solo tapi daerah sekitar Solo, seperti ayah saya aslinya Sukoharjo" kata Kepala Bagian Tata Usaha Masjid Agung Solo ini.
Dulu itu jumlah bangunannya banyak dan yang tinggal di sana juga banyak. Waktu itu tempat buat tinggal kecil ukurannya, kalau sekarang jadi sembilan rumah dengan ukuran 5,5 meter x 9,5 meter.
Dulu hanya terbuat dari gedek dan papan untuk pembatasnya, tapi mulai dibangun ulang dengan tembok dan masih bertahan sampai sekarang.
Baca Juga: Waduh! Hujan Deras Disertai Angin, Lampion Shio Macan di Depan Balai Kota Solo Roboh
"Sekarang ada sembilan rumah, dulu lebih dari itu. Dulu yang tinggal juga banyak, sekarang hanya sekitar 20 KK," sambungnya.
Kampung yang dibangun seiringan dengan pembangunan Masjid Agung sekitar tahun 1745 ini cukup unik. Di mana kampung tersebut satu atap yang memanjang, kemudian diberi pembatas atau sekat-sekat.
"Disebut Gedang Selirang, karena atapnya itu bentuknya seperti pisang salirang. Jadi sejarahnya seperti itu, mereka boleh tinggal di sini tapi tidak boleh dijual," imbuh dia.
Menurutnya, fungsi sekarang masih aktif seperti dulu sebagai tempat tinggal petugas yang merawat Masjid Agung. Jadi tidak ada perubahan sama sekali, masih sama seperti dulu.
"Yang tinggal di sini ada semacam perjanjian, kalau sudah menikah harus meninggalkan kampung ini atau menggantikan ayahnya sebagai petugas yang mengurus masjid," paparnya.
Di kawasan Masjid Agung itu tidak hanya ada kampung, tapi ada juga pondok pesantren dan sekolah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
Terkini
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Wapres Gibran Takziah Wafatnya PB XIII, Ini Harapan Keluarga Keraron Solo
-
Kereta Jenazah PB XIII Dipersiapkan dan Dibersihkan, Ini Bentuknya
-
Gusti Moeng Akui Sempat Dapat Pertanda Sebelum PB XIII Wafat
-
Jenazah PB XIII Hangabehi Dimakamkan Rabu, Transit di Lodji Gandrung