Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 06 Februari 2022 | 13:13 WIB
Kampung Gedang Selirang, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon. (suara.com/ari welianto)

SuaraSurakarta.id - Didalam komplek Masjid Agung Solo terdapat sebuah kampung. Kampung yang ditempati sekitar 20 Kepala Keluarga (KK) ini bernama Kampung Gedang Selirang.

Kampung Gedang Selirang masuk di RT 3 RW 2 Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Lokasinya itu sisi kiri atau sebelah utara masjid. 

Kampung Gedang Selirang merupakan kampung yang diperuntukan bagi abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta yang bertugas mengurusi Masjid Agung. 

"Ini kampung bagi marbot atau yang mengurusi Masjid Agung. Sudah ada sejak dibangunnya Masjid Agung," ujar warga Kampung Gedang Selirang, Muh. Alif saat ditemui, Minggu (6/2/2022).

Baca Juga: Waduh! Hujan Deras Disertai Angin, Lampion Shio Macan di Depan Balai Kota Solo Roboh

Menurutnya, dulu pada masa Keraton Kasunanan Surakarta ada abdi dalem yang tugasnya itu mengurusi masjid dan rumah mereka jauh-jauh.

Kemudian pihak keraton membangun rumah tinggal untuk para abdi dalem yang bertugas mengurusi masjid. Yang tinggal di sana turun temurun hingga saat ini, jadi harus yang mengurusi masjid.

"Daripada mereka pulang ke desa-desa, maka dibuatkan tempat oleh keraton. Jadi yang tinggal disini bukan asli Solo tapi daerah sekitar Solo, seperti ayah saya aslinya Sukoharjo" kata Kepala Bagian Tata Usaha Masjid Agung Solo ini.

Dulu itu jumlah bangunannya banyak dan yang tinggal di sana juga banyak. Waktu itu tempat buat tinggal kecil ukurannya, kalau sekarang jadi sembilan rumah dengan ukuran 5,5 meter x 9,5 meter. 

Dulu hanya terbuat dari gedek dan papan untuk pembatasnya, tapi mulai dibangun ulang dengan tembok dan masih bertahan sampai sekarang.  

Baca Juga: Tak Kalah Seru dari Pasar Gede, Warga Solo Nikmati Taman Lampion dan Atraksi Barongsai di Taman Sunan Jogo Kali

"Sekarang ada sembilan rumah, dulu lebih dari itu. Dulu yang tinggal juga banyak, sekarang hanya sekitar 20 KK," sambungnya. 

Kampung yang dibangun seiringan dengan pembangunan Masjid Agung sekitar tahun 1745 ini cukup unik. Di mana kampung tersebut satu atap yang memanjang, kemudian diberi pembatas atau sekat-sekat. 

"Disebut Gedang Selirang, karena atapnya itu bentuknya seperti pisang salirang. Jadi sejarahnya seperti itu, mereka boleh tinggal di sini tapi tidak boleh dijual," imbuh dia. 

Menurutnya, fungsi sekarang masih aktif seperti dulu sebagai tempat tinggal petugas yang merawat Masjid Agung. Jadi tidak ada perubahan sama sekali, masih sama seperti dulu. 

"Yang tinggal di sini ada semacam perjanjian, kalau sudah menikah harus meninggalkan kampung ini atau menggantikan ayahnya sebagai petugas yang mengurus masjid," paparnya. 

Di kawasan Masjid Agung itu tidak hanya ada kampung, tapi ada juga pondok pesantren dan sekolah.   

Dulu di Kauman terdapat kampung atau dusun kecil yang memiliki fungsi dan identitas masing-masing. Apalagi lokasinya dengan Keraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung.

Jumlahnya banyak, salah satunya itu Gedang Selirang yang satu kawasan dengan Masjid Agung, mungkin ini biar lebih dekat dan cepat jika dibutuhkan. 

Di kawasan masjid itu pekarangan yang ditanami pohon-pohon, kondisinya masih sepi. Sekitar tahun 1930 an dibangun sekolah dan ponpes sekitar tahun 1980 an. 

Bisa dikatakan di sini itu seperti departemen agamanya waktu zaman pemerintah keraton dulu.

Kontributor : Ari Welianto

Load More