Jadi Kebiasaan Gibran
Saat ditanya wartawan ihwal kebiasaannya memarkir mobil dinas di lokasi yang tengah bermasalah itu, Gibran tidak menjawab secara gamblang. Dia hanya menyebut tindakannya adalah kode khusus.
“Orang Solo kok ndadak takon [pakai tanya]. Wong Solo penuh kode dan filosofi. Artekno dewe, artekno dewe [Kamu artikan sendiri],” ujar dia tersenyum saat dimintai tanggapan wartawan, Kamis (24/6/2021) lalu.
Gibran tidak mau menjelaskan lebih lanjut ihwal kebiasaannya itu sembari masuk ke mobil dinas lainnya. Wali Kota Solo memang memiliki dua mobil dinas yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan sehari-harinya.
Terpisah, Pemerhati Budaya Kota Solo, Tundjung W. Sutirto, mengatakan gaya yang dilakukan Gibran belum pernah ada dalam sejarah. Di satu sisi aksi Gibran bisa dinilai sebagai ide orisinil. Tapi di sisi yang lain bisa dibilang aneh.
“Sepanjang yang saya ketahui belum pernah ada [pimpinan meninggalkan mobil dinas di tempat konflik]. Dulu kalau ada daerah sengketa ditinggali bendera kerajaan, misalnya zaman Majapahit,” ujar dia, Senin (23/8/2021).
Lebih jauh Tundjung menilai apa yang dilakukan Gibran merupakan cara mengekspresikan manajemen ewuh pakewuh atau bentuk samudanaseperti ketika banyak bertebaran patung polisi di persimpangan ruas jalan.
Namun sebagai pemimpin Tundjung menyarankan Gibran berhati-hati dengan bahasa simbol yang sedang dibangun sebagai media berkomunikasi. Sebab diyakini dia lama kelamaan metode yang sama tidak akan efektif.
“Lantas ukuran masalah itu seperti apa sehingga mobdin disimbolkan ditinggal di tempat itu? Bukankah ketika ada jalan rusak itu juga masalah? Kemudian apakah mobdin juga akan ditinggal di situ [jalan rusak]?” kata dia.
Baca Juga: Berdiri di Samping Gibran, Ini Detik-detik Wamenparekraf Pingsan Saat di Keraton Solo
Pada praktiknya mobil dinas Wali Kota akan ditinggal atau tidak di suatu tempat menurut Tundjung tergantung dari nilai kepentingannya. Sebab ukuran masalah itu sangat subjektif. Dan masalah yang ada dinilai relatif banyak.
“Apakah dengan menempatkan mobdin di tempat yang sedang bermasalah efektif menyelesaikan masalah? Jawabannya bisa iya, bisa tidak, tergantung dari nilai kepentingannya pemimpin terhadap masalah,” terang Tundjung.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bukan Sekadar Angka: Mengapa Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak Ke Sekolah Adalah Investasi?
-
7 Tempat Wisata di Sragen yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Teguh Prakosa Benarkan FX Rudi Mundur dari Plt Ketua DPD PDIP Jateng
-
Drama Politik Jateng: Beredar Surat Pengunduran Diri FX Hadi Rudyatmo dari Plt Ketua DPD PDIP!
-
Perkuat Komitmen Kesejahteraan Mitra Driver, GoTo Luncurkan Platform Bursa Kerja Mitra Gojek