Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 06 September 2021 | 08:00 WIB
Panel surya terpasang pada atap salah satu rumah warga Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu (22/8/2021). [Solopos/Taufiq Sidik Prakoso]

SuaraSurakarta.id - Indonesia sudah merdeka sejak 1945, atau sudah 76 tahun bangsa ini menyatakan kemerdekaan. Namun ternyata desa di Klaten ini baru menikmati listrik dari PLN beberapa tahun lalu. 

Menyadur dari Solopos.com, warga Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten, ternyata baru enam tahun terakhir dalam menikmati layanan listrik dari PLN.

Sebelumnya warga di Klaten itu menggunakan tintir untuk penerangan, lalu nyantol ke kampung tetangga.

Warga di daerah terpencil itu juga sempat mendapat bantuan peralatan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS itu masih mereka pertahankan sampai saat ini meski sudah ada aliran listrik dari PLN.

Baca Juga: Terangnya Lokasi Transmigrasi, Cerahnya Harapan Transmigran

Warga memanfaatkan PLTS sebagai sumber energi listrik cadangan ketika listrik PLN padam. Panel surya, salah satu komponen PLTS yang berfungsi mengubah energi matahari menjadi energi listrik, masih terpasang pada atap rumah warga.

Setidaknya, ada 10 panel surya yang ada di Girpasang yang merupakan perkampungan terisolasi di lereng Gunung Merapi.

Disebut terisolasi lantaran kampung itu berada pada punggung bukit dan terpisahkan jurang sedalam 130 meter dengan perkampungan lainnya.

Kampung Girpasang, Klaten, dihuni 12 keluarga terdiri dari 34 jiwa dengan sembilan rumah itu termasuk baru dalam hal menikmati aliran listrik PLN dibandingkan warga perkampungan lainnya.

Jaringan listrik PLN masuk ke kampung itu pada Desember 2015. Artinya, warga baru menikmati sambungan listrik PLN sekitar enam tahun terakhir. Kapasitas daya listrik PLN yang terpasang di masing-masing rumah yakni 450 VA.

Baca Juga: 5 Bansos yang Cair September 2021, Lihat Ketentuan Penerimanya

Pernah Mengandalkan Tintir

Ketua RT 007/RW 002, Dukuh Girpasang, Gino, menceritakan pada era 1990-an warga masih mengandalkan tintir untuk penerangan saat malam tiba. Baru pada era 2000-an, warga mulai mengenal sambungan listrik.

Hanya, sumber energi listrik mereka peroleh dengan sistem cantol listrik dari rumah warga di seberang jurang.

“Menyalurkannya menggunakan kabel seperti kabel Wifi itu. Beli kabel sendiri. Bayar tagihan per bulan urunan dengan pemilik rumah di seberang,” kata Gino saat berbincang dengan Solopos.com mengenai aliran listrik di Girpasang, Klaten, belum lama ini.

Warga pun mengetahui cantol listrik berbahaya. Ketika ada hujan dan angin saat malam hari, rumah warga pasti gelap lantaran aliran listrik terputus.

Namun, tak ada cara lain yang bisa dilakukan warga selain cantol listrik agar bisa menikmati aliran listrik.

Pada 2013, ada bantuan PLTS dari pemerintah yang dipasang di masing-masing rumah warga. Gino menceritakan PLTS yang dipasang menghasilkan daya listrik sekitar 30 Watt. Dengan kapasitas itu, listrik yang dihasilkan dari PLTS hanya cukup untuk menyalakan lampu semalam.

Warga merasa lega setelah pada 2015 lalu ada program pemasangan sambungan listrik PLN hingga ke Girpasang, Klaten. Pada Desember 2015, pemasangan sambungan itu rampung dan warga mulai menikmati aliran listrik ke rumah mereka sepanjang waktu.

Panel surya terpasang pada atap salah satu rumah warga Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu (22/8/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Mengenal Perangkat Elektronik

Selain membuat kampung mereka seterang kampung lain, aliran listrik itu membuat warga kian mengenal berbagai perangkat elektronik termasuk ponsel. Meski sudah ada sambungan listrik PLN, Gino mengatakan PLTS bantuan pemerintah tetap dipertahankan.

Hal itu seperti yang terlihat pada atap rumah warga yang masih dihiasi panel surya. PLTS itu dipastikan masih berfungsi dan dimanfaatkan warga ketika sewaktu-waktu listrik PLN padam. “Kalau oglangan menggunakan itu. Sebulan sekali oglangan,” kata Gino sembari tertawa.

Warga Girpasang lainnya, Gianto, juga mengatakan PLTS yang terpasang di masing-masing rumah warga masih terawat. Panel yang terpasang pada atap rumah warga berukuran 70 sentimeter x 50 sentimeter. Dari panel surya itu, energi listrik disalurkan ke aki sebelum dimanfaatkan.

Selain masih terawat, Gianto mengatakan sudah ada beberapa pihak yang berniat mengajari warga mengoptimalkan pemanfaatan panel surya. Salah satunya membuat aliran listrik yang dihasilkan dari PLTS otomatis mengalir ketika listrik PLN padam.

“Kalau sekarang di rumah saya itu aliran listrik dari panel surya dihubungkan pada dua lampu satu di kamar dan satu di dapur. Kalau listrik PLN padam, saklar kedua lampu itu tinggal dinyalakan,” kata Gianto.

Load More