Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 02 September 2021 | 17:09 WIB
Taliban berhasil menguasai kembali Afganistan. [DW Indonesia]

"Seperti Alkitab, Al-Qur'an memiliki ayat-ayat yang keras, ayat-ayat yang sangat kuat. Tetapi mayoritas Muslim, umumnya, menolak prinsip-prinsip kekerasan itu.

"Mereka mengatakan ayat-ayat itu berlaku pada masa-masa awal Islam, saat Muslim berada dalam ancaman. Jihad, sebagai perang suci, masuk akal saat itu."

Meskipun menganut pandangan yang sama, Taliban, al-Qaeda, dan ISIS berbeda dalam tingkat ekstremisme sesuai dengan tujuan mereka - yang menurut beberapa pakar adalah perbedaan utama antara ketiganya.
Tujuan

Taliban hanya menginginkan Afghanistan, sedangkan al-Qaeda dan ISIS memiliki ambisi global.

Baca Juga: Menlu Retno: Indonesia Hanya Ingin Afghanistan Jadi Negara Damai

Terakhir kali Taliban menerapkan hukum Syariah pada 1990-an, itu termasuk peraturan ketat untuk perempuan dan hukuman keras, termasuk eksekusi publik, cambuk, dan amputasi.

Khawatir sejarah akan terulang, warga Afghanistan berbondong-bondong berusaha keluar dari negara itu setelah Taliban kembali berkuasa.

Daniel Byman, pengamat terorisme dan Timur Tengah di Georgetown University, Washington, mengatakan ajaran Al Qaeda dan ISIS jauh lebih radikal.

Dia berkata kepada BBC meskipun Taliban "bertujuan mengembalikan Afghanistan ke negara Islam yang dianggap ideal di masa lalu," mereka tidak berusaha mengubah negara lain.

Byman menjelaskan bahwa meskipun al-Qaeda dan ISIS memiliki aspirasi global dan bercita-cita menciptakan kekhalifahan, mereka berbeda pada satu poin penting.

Baca Juga: Qatar Peringatkan Negara-negara di Dunia: Setop Isolasi Taliban

"ISIS ingin menciptakan kekhalifahan sekarang, namun al-Qaeda berpikir itu terlalu cepat. Mereka percaya bahwa komunitas jihadis dan masyarakat Muslim belum siap. Ini bukan prioritas mereka."
Musuh

Taliban, al-Qaeda dan ISIS memiliki musuh bersama, yang jauh maupun dekat.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat termasuk yang terjauh. Sedangkan musuh-musuh yang lebih dekat adalah sekutu mereka dan negara-negara yang telah menerima pemisahan antara negara dan agama.

"Sejak awal, ISIS lebih kejam daripada al-Qaeda dan melancarkan - di samping perang melawan Barat - konflik sektarian melawan muslim-muslim lain yang tidak setuju dengan ideologinya," kata Byman.

Jadi perbedaan utama lainnya adalah bahwa, sementara AS tetap menjadi musuh utama al-Qaeda, ISIS terus menyerang komunitas Syiah dan kelompok agama minoritas lainnya di Timur Tengah.

"Meskipun al-Qaeda juga menganggap penganut Syiah sebagai murtad, kelompok itu berpikir bahwa membunuh mereka terlalu ekstrem, membuang-buang sumber daya, dan merugikan proyek jihad," kata Byman.

Load More