"Seperti Alkitab, Al-Qur'an memiliki ayat-ayat yang keras, ayat-ayat yang sangat kuat. Tetapi mayoritas Muslim, umumnya, menolak prinsip-prinsip kekerasan itu.
"Mereka mengatakan ayat-ayat itu berlaku pada masa-masa awal Islam, saat Muslim berada dalam ancaman. Jihad, sebagai perang suci, masuk akal saat itu."
Meskipun menganut pandangan yang sama, Taliban, al-Qaeda, dan ISIS berbeda dalam tingkat ekstremisme sesuai dengan tujuan mereka - yang menurut beberapa pakar adalah perbedaan utama antara ketiganya.
Tujuan
Taliban hanya menginginkan Afghanistan, sedangkan al-Qaeda dan ISIS memiliki ambisi global.
Terakhir kali Taliban menerapkan hukum Syariah pada 1990-an, itu termasuk peraturan ketat untuk perempuan dan hukuman keras, termasuk eksekusi publik, cambuk, dan amputasi.
Khawatir sejarah akan terulang, warga Afghanistan berbondong-bondong berusaha keluar dari negara itu setelah Taliban kembali berkuasa.
Daniel Byman, pengamat terorisme dan Timur Tengah di Georgetown University, Washington, mengatakan ajaran Al Qaeda dan ISIS jauh lebih radikal.
Dia berkata kepada BBC meskipun Taliban "bertujuan mengembalikan Afghanistan ke negara Islam yang dianggap ideal di masa lalu," mereka tidak berusaha mengubah negara lain.
Byman menjelaskan bahwa meskipun al-Qaeda dan ISIS memiliki aspirasi global dan bercita-cita menciptakan kekhalifahan, mereka berbeda pada satu poin penting.
Baca Juga: Menlu Retno: Indonesia Hanya Ingin Afghanistan Jadi Negara Damai
"ISIS ingin menciptakan kekhalifahan sekarang, namun al-Qaeda berpikir itu terlalu cepat. Mereka percaya bahwa komunitas jihadis dan masyarakat Muslim belum siap. Ini bukan prioritas mereka."
Musuh
Taliban, al-Qaeda dan ISIS memiliki musuh bersama, yang jauh maupun dekat.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat termasuk yang terjauh. Sedangkan musuh-musuh yang lebih dekat adalah sekutu mereka dan negara-negara yang telah menerima pemisahan antara negara dan agama.
"Sejak awal, ISIS lebih kejam daripada al-Qaeda dan melancarkan - di samping perang melawan Barat - konflik sektarian melawan muslim-muslim lain yang tidak setuju dengan ideologinya," kata Byman.
Jadi perbedaan utama lainnya adalah bahwa, sementara AS tetap menjadi musuh utama al-Qaeda, ISIS terus menyerang komunitas Syiah dan kelompok agama minoritas lainnya di Timur Tengah.
"Meskipun al-Qaeda juga menganggap penganut Syiah sebagai murtad, kelompok itu berpikir bahwa membunuh mereka terlalu ekstrem, membuang-buang sumber daya, dan merugikan proyek jihad," kata Byman.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
Terkini
-
Drama Keraton Solo! Tak ada Undangan untuk PB XIV Purboyo, GKR Timoer: Benar-benar Tidak Diundang
-
Perpecahan Keraton Surakarta: Peresmian Panggung Sangga Buwana Tanpa Kehadiran Sentana Penting
-
Dari Area Skatepark Solo, Lahir Atlet Skateboard Peraih Medali Emas di SEA Games
-
Polsek Grogol Gelar Rekonstruksi Kasus Kekerasan Bersama Berujung Kematian
-
Geger di Keraton Solo! Gusti Moeng Marah Besar Tak Bisa Masuk Museum, Pintu Digembok Kubu PB XIV