Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 02 Juni 2021 | 18:51 WIB
Ilustrasi pasien Covid-19. (Andrea Piacquadio/Pexels)

SuaraSurakarta.id - Kasus Covid-19 di Kabupaten Karanganyar memunculkan fakta miris dan mengejutkan. Sejumlah keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit diketahui meminta untuk dipulangkan.

Fakta mengejutkan itu disampaikan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Karanganyar, Juliyatmono, berdasarkan laporan dari pihak rumah sakit maupun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar.

Kondisi itu terjadi menjelang Lebaran 2021 lalu. Dilansir Solopos.com--jaringan Suara.com, Rabu (2/6/2021), Juliyatmono yang juga Bupati Karanganyar menyebut sejumlah keluarga pasien positif Covid-19 meminta pulang atau perawatan dilanjutkan di rumah atau rawat jalan.

Padahal, status pasien tersebut belum dinyatakan sembuh dan masih terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca Juga: Ajak Pengusaha, Menkes Budi Ingin Ada Sentra Vaksinasi dalam Mal

Yuli, sapaan akrabnya, menyampaikan pihak rumah sakit dan Dinkes berupaya membujuk keluarga pasien Covid-19 tersebut.

“Kami menerima laporan. Pasien, belum sembuh. Keluarganya meminta pulang. Paksa. Ya kalau permintaan keluarga, kami apa bisa melarang,” kata Juliyatmono.

Plt Kepala Dinkes Kabupaten Karanganyar, Purwati, membenarkan informasi tersebut. Sejumlah keluarga pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meminta pulang sebelum dinyatakan sembuh terjadi menjelang Lebaran.

“Lebaran kemarin itu banyak [keluarga pasien terkonfirmasi positif Covid-19] meminta pulang. Tetapi tidak kami izinkan. Pertimbangan utama dokter yang merawat belum mengizinkan dia pulang. Alasan lain karena yang bersangkutan belum dinyatakan negatif Covid-19,” tutur Purwati saat dihubungi Solopos.com, Rabu (2/6/2021).

Dinkes Kabupaten Karanganyar melalui puskesmas setempat menggandeng satgas penanganan Covid-19 di tingkat kecamatan dan desa untuk menangani kasus tersebut. Arah mereka adalah mengedukasi keluarga pasien.

Baca Juga: INFOGRAFIS: Covid-19 Bisa Picu Serangan Jantung, Ini Gejalanya!

“Ya kami edukasi. Kami berkoordinasi dengan pak RT, pak RW. Kalau perangkat di lingkungan setempat tidak mengizinkan pasien pulang ya tidak boleh. Kami melibatkan puskesmas, camat, kepala desa/lurah, kepala dusun, hingga perangkat terbawah,” jelas dia.

Purwati juga menyampaikan persoalan lain berkaitan dengan Covid-19. Kasus berkaitan dengan pemakaman menerapkan protokol kesehatan. Terutama bagi pasien dengan status suspek.

“Ada kasus pasien suspek. Kami sebut suspek karena menunggu hasil tes swab PCR Covid-19. Beliau meninggal sebelum hasil tes keluar. Seharusnya dimakamkan menerapkan protokol kesehatan. Keluarga tidak menerapkan prokes, ternyata hasil tes positif,” tutur Purwati.

Menindaklanjuti kasus itu, Purwati menyampaikan satgas penanganan Covid-19 di tingkat kecamatan turun tangan.

“Mereka mengedukasi keluarga yang meninggal untuk menjalani isolasi mandiri. Akhirnya mau. Itu terjadi dua pekan lalu.”

Load More