Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 25 April 2021 | 17:12 WIB
Ilustrasi Covid-19 (Elements Envato)

SuaraSurakarta.id - Kasus Covid-19 di Soloraya khususnya Kota Solo kembali ada peningkatan meski sempat mengalami penurunan.

Ini terlihat dari jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, sempat lama sepi dan beberapa rumah sakit menutup bangsal Covid-19. Namun, kini mereka kembali menerima pasien Covid-19. 

"Solo mulai naik juga, Soloraya mulai naik juga. Yang jelas jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit pun juga terasa, sudah sempat agak lama sepi, beberapa rumah sakit sudah menutup bangsal Covid-19 sekarang ini kita persiapan untuk buka lagi karena memang tanda-tandanya sudah mulai muncul tambahan kasus lagi ," terang Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 RS UNS, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp. PK, Ph.D saat ditemui di Aula Gedung Dakwah Balai Muhammadiyah, Solo, Minggu (25/4/2021). 

Tonang menegaskan, kasus Covid-19 sudah turun banyak dan sudah agak lama tidak ada kasus baru tapi ini mulai muncul lagi. Hal bisa disebabkan merasa vaksinasi yang banyak orang menganggap setelah di vaksin bisa bebas. 

Baca Juga: Darurat Covid-19 di India, Indonesia Perlu Tutup Pintu Masuk

"Orang sering bertanya, kalau sudah vaksinasi kenapa tidak boleh seenaknya. Yang berhasil bukan vaksinnya, namun vaksinasinya harus berhasil. Salah satu bentuknya adalah cakupannya harus terpenuhi dulu, kalau cakupannya belum banyak maka kita belum bisa mengatakan bebas karena vaksinnya belum banyak,"  papar Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS ini.

Lanjut dia, kalau vaksinnya sudah cukup dan cakupannya sudah cukup banyak, kasus sudah terkendali betul maka baru bisa melonggarkan. Pengalaman di Chile, India, atau Thailand adalah karena pelonggaran yang tergesa-gesa akhirnya menjadikan kasusnya melonjak lagi. 

"Kita semoga tidak seburuk itu, tapi minimal kita sadar ada sesuatu yang harus diperbaiki. Jangan sembrono, jangan anggap sudah beres dan aman semua," ujar dia.  

Di RS UNS juga merasakan kenaikan juga, alirannya mulai terasa lagi naik. Ia tidak tahu itu dari klaster apa, karena tidak tahu persis hasil penelusuran dari Dinas Kesehatan (Dinkes). 

"Kalau di Solo mungkin susah mengatakan klaster apa, karena tidak cukup banyak kegiatan menonjol," sambungnya. 

Baca Juga: Ratusan Warga India Eksodus ke Indonesia Naik Pesawat Carter

Menurutnya, sudah diperkirakan sejak awal jika pandemi itu tidak langsung turun pasti, ada naik turun, naik turun.

"Semoga saja ini naiknya ga tinggi yang kita harapkan. Seperti di India Chili Thailand kan terasa betul tinggi naiknya. Semoga kita ga sampai seperti itu," jelas Tonang. 

Adanya vaksin bagi masyarakat sangat perlu, bukti nyata di Chili kasus meningkat tapi kebutuhan ICU turun. Artinya orang yang kena lagi terutama yang divaksin itu lebih ringan gejalanya, sehingga tidak masuk ICU. 

Hampir 40 persen divaksin terutama lansia, tapi yang banyak masuk ICU justru bukan lansia tapi yang muda. Yang tua ini walaupun kena lagi masuk rumah sakit tidak sampai ICU. 

"Itu bukti nyata di Chili dan vaksin sangat perlu. Kalau di RS UNS, kita ga punya data lengkap apakah orang sudah vaksin atau belum. Tapi adanya orang yang divaksin dan kena lagi yang timbul gejala di berat itu ada dua hal, satu karena virusnya yang masuk banyak sekali atau virusnya mutasi. Kalau kena lagi kita sudah divaksin maka gejalanya akan ringan atau tanpa gejala," ungkap dia. 

Untuk kapasitas RS UNS  sempat punya 80 bed, terus sempat ditutup untuk pasien covid dan disiapkan buat pasien biasa. Namun, dalam 24 jam begitu ada lonjakan langsung jadi bangsal Covid-19 lagi siap. 

"Jadi dalam 24 jam bisa langsung kembali 80 tempat tidur lagi. Untuk ICU 10," tuturnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani mengatakan memang kasus Covid-19 Solo meningkat dan rumah sakit sempat penuh. 

"Bukan penuh, tapi banyak lagi. Meningkat, tapi masih di bawah 100, kalau ditambah luar kota mungkin sampai 200 dari kapasitas 660 bed," imbuhnya.

Memang banyak tapi tidak sampai penuh dan tolak-tolak. Tapi memang penambahannya itu, masa seharian tambah terus. 

Banyak masyarakat mulai abai saja, merasa sudah divaksin jadi abai saja, kalau untuk pelonggaran aturan tidak juga.

"Ini banyak, karena interaksi luar. Banyak yang abai tidak pakai masker, ada beberapa tempat yang abai, tapi yang hati-hati juga ada," ucapnya.

Imbauan tetap kembali diterapkan dan protokol kesehatannya diperketat lagi. Razia pakai masker bisa dijalankan lagi, karena sebetulnya masker penting juga.

Sementara itu Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan Kota Solo tidak ingin seperti di India yang grafiknya sudah menurun, mulai abai, dan banyak kelonggaran takutnya gelombak ketika dan kembali naik lagi. 

"Kita tidak ingin seperti itu dan dibutuhkan kerjasama semua pihak agar bisa bangkit dari bencana pandemi. Saya mohon maaf jika SE Wali Kota yang terbaru menjadi polemik di masyarakat khususnya larang mudik, ini dilakukan untuk melindungi masyarakat agar situasi pandemi bisa segera membaik," tandas dia. 

Kontributor: Ari Welianto

Load More