Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 14 April 2021 | 14:55 WIB
Spanduk pemberitahuan jika ramadan tahun ini tidak ada tradisi bubur samin khas Banjar. [Suara.com/Ari Welianto]

Kalau yang datang biasanya tidak hanya dari warga Solo tapi luar kota seperti Salatiga, Banjarnegara, atau Semarang. Untuk memberitahukan ke warga itu pakai spanduk yang dipasang di sekitar masjid. 

"Insya Allah, tahun depan kalau pandemi sudah hilang bisa digelar lagi," sambungnya. 

Kalau untuk pendanaan itu dari berbagai bantuan, ada juga bantuan dari Singapura. Tiap puasa itu biasanya menghabiskan sekitar Rp95 juta, itu tidak hanya untuk membuat bubur saja tapi kegiatan selama bulan puasa.

"Untuk dana dari berbagai bantuan, seperti alumni Darussalam," ucapnya.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Kota Surakarta dan Sekitarnya Rabu 14 April 2021

Keistimewaan Bubur Samin

Sebenarnya bubur samin Banjar ini sama seperti bubur biasa. Cuma pembuatannya bubur samin pakai rempah-rempah khas Banjar seperti kapulaga, mrica atau jahe.

"Ini sudah menjadi ciri khas saat bulan puasa. Ada orang dari Salatiga yang bilang kalau puasa tidak makan bubur samin tidak afdol, ada juga orang China yang minta ketika dimakan di badan hangat," imbuh dia.

Tradisi bubur samin sudah ada sejak tahun 1980 an, Masjid Darussalam ini dulu yang punya perantau dari Martapura, Kalimantan Selatan. Sebelum ada bubur samin saat puasa, ada soto banjar, masak abang, masak gulai, atau ketupat betumis.

"Lalu ditentukan bahwa yang bagus dibagi untuk warga saat puasa adalah bubur Banjar samin. Akhirnya hingga sekarang tradisi ini selalu digelar," tuturnya.
 
Proses pembuatannya itu mulai dilakukan pukul 11.00 WIB dan selesai sekitar pukul 15.00 WIB. Bubur samin mulai dibagikan setelah salat ashar dan habis sekitar pukul 17.00 WIB. 

Baca Juga: Gibran Tegaskan Kegiatan Sahur On The Road di Solo Dilarang!

Kontributor : Ari Welianto

Load More