SuaraSurakarta.id - Driver ojek online (ojol) diberbagai daerah di Indonesia menggelar aksi secara serentak, Selasa (20/5/2025).
Aksi ratusan driver ojol di Kota Solo dilakukan di DPRD Solo dan Balai Kota Solo.
Ada sejumlah tuntutan yang disampaikan para driver ojol, yakni hapus program hemat, naikan tarif jasa layanan, tetapkan potongan aplikasi 10 persen.
Lalu sanksi tegas bagi aplikator nakal hingga wujudkan undang-undang transportasi online.
Baca Juga:MilkLife Soccer Challenge Solo: SD Djamaatul Ichwan dan SD Al Azhar Syifa Budi Juara
Sejumlah driver ojol bercerita jika penghasilan dulu dan sekarang turun drastis. Jika dulu rata-rata bisa dapat Rp 500 ribu per hari, sekarang hanya Rp 100 ribu per hari.
"Dulu sehari Rp 500 ribu dapat, kalau sekarang Rp 100 ribu meyek-meyek," ujar salah satu driver ojol, Josafat Satrija Wibawa saat ditemui, Selasa (20/5/2025).
Menurutnya kalau dulu itu 8 jam beroperasi bisa dapat Rp 500 ribu. Tapi kalau sekarang 14 jam minimal Rp 100 ribu.
"Saya jadi driver online itu sejak 2016. Jadi sangat turun drastis jika dibandingkan dulu dengan sekarang," kata dia.
Sementara itu driver ojol lain Djoko Saryanto mengatakan awal berdirinya aplikasi ini teman-teman driver sangat dimanjakan. Ada bonus hingga program-program pendukung bagi driver lain.
Baca Juga:Tinjau Cek Kesehatan Gratis di Mangkunegaran, Respati Ardi: Periksa Jangan Tunggu Sakit!
"Tapi seiring berjalannya waktu bonus dikurangi, kemudian sampai hari ini bonus ditiadakan. Jadi tidak ada bonus lagi, murni driver mencari penghasilannya sendiri kemudian masih dipotong. Pemotongannya itu lebih dari 25 persen," terangnya.
Djoko mengaku bergabung di ojol tahun 2016. Dulu driver ojol mencari uang Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu itu tidak sampai malam tapi sekarang tidak bisa.
"Kita paling 6-8 jam, maksimal Rp 300 ribu itu sudah bawa bersih. Itu sudah makan, sudah nongkrong dengan kawan-kawan, dulu bonus bisa kita sharing bareng-bareng sama kawan-kawan," jelas dia.
"Itu dulu, kita masih bisa nongkrong di basecamp. Namun sekarang sehari kita dapat tiga sudah bersyukur apalagi yang gabluk," lanjutnya.
Dikatakannya yang membuat sampai turun itu tarifnya yang berubah-ubah. Kalau yang paling mencolok itu adanya program-program hemat dimasing-masing operator.
"Ya tarifnya itu. Yang paling mencolok perbedaannya itu dan paling menyengsarakan driver adalah dengan adanya program-program hemat, dimasing-masing aplikasi itu dikemasnya sendiri-sendiri," ungkapnya.
"Yang pasti itu adalah menyalahi aturan. Karena untuk saat ini kita masih berpijak pada Kp 667 yang sudah diperbaharui juga di Kp 1001, di mana driver menerima hasil bersih layanan dibawah 4 km itu Rp 8.000 tapi ternyata dengan adanya program-program hemat itu menyengsarakan kami," papar dia.
Djoko menambahkan berharap untuk program-program prioritas driver ini bisa dikembalikan ke yang awal.
"Per hari kadang tidak sampai Rp 100 ribu. Ada juga yang satu saja alhamdulillah. Jadi sistem yang sekarang ini pastinya tidak berpihak pada driver, itu membuat kami sengsara," tandasnya.
Terpisah Sekretaris Dishub Solo Mardiono Joko menambahkan aspirasi teman-teman driver ojol ini akan dilaporkan ke Wali Kota Solo Respati Ardi.
"Aspirasi ini akan kita sampaikan ke Pak Wali, nanti juga akan disampaikan ke pemerintah pusat. Karen kewenangan ini ada di kementerian perhubungan, semoga nanti bisa lebih lagi,"paparnya.
Sementara itu, driver ojol sepakat untuk matikan aplikasinya ketika lakukan demo driver ojol di Gubernuran Jalan Pahlawan Semarang Selasa (20/5/2025).
Kordinator demo driver ojol Tomas tegaskan seluruh mitra driver untuk mematikan aplikasi alias tidak bekerja untuk hari ini. Dia juga menghimbau untuk mitra driver yang tidak ikut demo, dimohon tetap dirumah saja alias tidak menghidupkan aplikasinya.
"Kalau kamu tidak bisa ikut demo monggo, lebih baik istirahat di rumah bersama anak istri," harapnya Selasa (20/5/2025).
Namun demikian Tomas menjelaskan demo ini juga untuk kepentingan semua driver ojol dan bukan hanya sepihak.
Kontributor : Ari Welianto