
Pasar Lokal
Untuk solusi agar tetap bisa ekspor ke luar negeri, Agung akan menggarap pasar lokal. Ke luar negeri tetap seperti ke Eropa, Australia hingga Afrika.
"Kita maksimalkan bergelut di pasar lokal, di Australia dan beberapa negara di Eropa masih jalan. Rencana akan cari pasaran di Afrika dan itu masih terbuka lebar," sambungnya.
"Kalau memang benar AS akan menerapkan kebijakan itu. Kemungkinan besar banyak lari ke Afrika. Sata satu bulan bisa tiga sampai empat kontainer mengirim ke AS," lanjut dia.
Baca Juga:PT KAI Buka Suara Usai Kecelakaan Maut KA Batara Kresna vs Mobil
Sementara itu perajin rotan lain, Indriyani Susilowati mengatakan memang ada kekhawatiran kalau memang kebijakan tarif impor akan diterapkan di AS.
Karena 50 persen perajin di Desa Wisata Rota Trangsan itu ekspornya pasti ke AS.
"Kalau sekarang mungkin belum terasa karena belum ada pengiriman. Cuma kekhawatiran nanti benar-benar terjadi itu akan terasa," imbuhnya.
Indri mengatakan adanya kebijakan itu mungkin dampaknya ke perajin, apalagi sekarang bahan baku tidak murah. Ditambah dengan kebijakan tarif impor ke AS.
"Adanya kebijakan itu maka harganya kita bisa nggak sih bersaing di sana. Sementara harga yang kita patok itu marginnya kecil banget, sudah untungnya sedikit kadang tempo pembayaran terlalu lama juga berpengaruh," papat dia.
Baca Juga:Termasuk 7 Tewas, Ini Daftar Kecelakaan KA Batara Kresna Sepanjang 2025
"Pasti ada kekhawatiran. Kalau kita naikan harganya, bisa diterima nggak sih di sana," tuturnya.
Indri menyebut saat ini lagi banyak mencari pasar yang lebih mudah, di Eropa itu masih ada, Australia, Jepang juga masih banyak. Termasuk juga cari di pasar lokal.
"Jadi kita masih mencari sela-selanya. Untuk bertahan agar tetap produksi itu ke pasar lokal sih," jelas dia.
Kebanyakan produk yang dikirim ke AS itu furniture, seperti meja atau kursi. Terus ada juga perlengkapan hotel, seperti head board, terus dekor untuk hotelnya.
"Sebelumnya soal itu ramai sudah ada isu terlebih dahulu, kita juga sempat kaget tenang nggak kalau ini diterapkan gimana. Terus ternyata selang satu minggu beritanya ramai, apalagi dengan Pak Prabowo mau buka kran impor. Ini kalau produk China atau yang lain masuk ke Indonesia, gimana ini," tuturnya.
Indri menambahkan di Desa Wisata Rotan Trangsan ini tiap bulannya ada sekitar 170 kontainer mengirim ke luar negeri. Jumlah itu sebanyak 80-90 kontainer ke AS.