SuaraSurakarta.id - Festival kuliner Pecinan Nusantara non halal di Solo Paragon Mall yang digelar 3-7 Mei 2024 nanti mendapat protes dari Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).
Mereka menilai bahwa festival kuliner non halal itu harusnya terbatas dan tidak terlalu vulgar di tempat-tempat umum.
Informasinya festival kuliner tersebut sudah sempat buka sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu (3/7/2024). Namun tak berselang lama diminta untuk tutup oleh panitia.
Pantauan di lapangan, ada puluhan stand kuliner yang menjual berbagai menu di festival kuliner. Sempat ada aktivitas jual beli sebelum diminta tutup.
Baca Juga:Opsi Layanan Hemat di Transportasi Online Jadi Pilihan Utama Bagi Pelanggan di Solo
Stand-stand tersebut pun harus ditutup dengan kain warna hitam. Kursi yang sudah tertata rapi pun kembali ditumpuk.
Pemilik stand dan pekerja pun hanya duduk-duduk sambil ngobrol dengan yang lain.
"Tadi sempat buka jam 10. Tapi tak lama disuruh tutup, tadi sudah ada yang beli," ujar salah satu penjaga tenan, Aris saat ditemui, Rabu (3/7/2024).
Dirinya tak mengetahui alasan diminta tutup dan masih menunggu keputusannya lanjutan. Apakah tetap lanjut atau tidak masih menunggu kepastian.
"Kita tidak tahu kenapa, ini masih menunggu seperti apa. Pemberitahuan disuruh tutup itu dari panitia," sambungnya.
Baca Juga:Pilkada Solo 2024: KGPAA Mangkunegara X Dapat Serangan Spanduk Provokatif?
Untuk bahan-bahan, lanjut dia, pastinya sudah disiapkan semua. Apalagi digelarnya cukup lama sampai, 7 Juli 2024 nanti.
"Bahan-bahan tentunya sudah disiapkan ya. Kan lama juga acaranya," ucap dia.
Hal senada juga disampaikan pedagang lainnya, Fahmi yang mengatakan tidak tahu kenapa ditutup.
Fahmi mengakui baru pertama kali mengalami kejadian seperti ini. Dari pengalaman ikut festival kuliner seperti ini tidak ada masalah.
"Sering ikut festival kuliner kayak gini terakhir di sini juga dan aman-aman saja. Tapi baru kali ini ada masalah seperti," imbuhnya.
Sementara itu Humas DSKS Endro Sudarsono meminta pemerintah selektif dalam memberikan izin terkait kegiatan-kegiatan yang menyangkut tentang keumatan dalam masalah ini makanan non halal.
"Sudah dipastikan tadi bahwa itu tidak ada izin. Karena itu membuat masyarakat resah," terang dia.
Endro menjelaskan bahwa festival kuliner non halal ini terlalu vulgar di tempat-tempat umum walaupun tetap menghargai makanan non muslim. Harusnya digelar di daerah tertentu seperti di Bali atau NTT dan itu biasa.
"Mestinya itu terbatas dan tidak terlalu vulgar. Baik di media sosial (medsos) maupun baliho-baliho yang terpasang," jelasnya.
Endro menambahkan itu bisa digelar ditempat tersendiri bukan di tempat-tempat umum. Karena merasa khawatir khususnya milenial resah dan ikut merasakan," tandas dia.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat muslim khususnya untuk tidak ikut-ikutan dalam festival kuliner non halal.
"Kita imbau , mengedukasi pada masyarakat untuk tidak melibatkan diri dalam hal semacam itu. Itu kita pastikan haram, karena sudah terang-terangan non halal," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto